Jejak Kaki Gaib: Teror di Dunia Lain

Table of Contents
Jejak Kaki Gaib, Teror di Dunia Lain - Cerpen Horor Mania

Jejak Kaki Gaib: Teror di Dunia Lain

Di sebuah desa terpencil di Indonesia, terdapat sebuah hutan yang dikenal angker. Konon, siapa pun yang memasuki hutan itu setelah matahari terbenam, tidak akan kembali dengan selamat. Rudi, seorang pemuda yang gemar menjelajahi tempat-tempat mistis, memutuskan untuk membuktikan kebenaran legenda itu.

"Rudi, jangan gila! Sudah banyak orang hilang di hutan itu!" ujar Bima, sahabatnya, dengan wajah ketakutan.

"Ah, itu cuma mitos. Kalau kita takut terus, kapan kita tahu kebenarannya?" jawab Rudi santai.

Bima menggeleng, tapi akhirnya ikut serta, bersama dua teman mereka, Lina dan Joko. Mereka memasuki hutan dengan membawa senter dan peralatan sederhana. Malam itu begitu sunyi, hanya suara dedaunan yang berbisik tertiup angin.

"Kenapa tiba-tiba gue merasa merinding, ya?" tanya Lina sambil memeluk dirinya sendiri.

"Mungkin cuma sugesti," jawab Joko, meski wajahnya terlihat tegang.

Baru beberapa meter masuk ke dalam hutan, Rudi melihat sesuatu yang aneh. Ada jejak kaki besar yang muncul di tanah lembab, seolah-olah ada sesuatu yang berjalan di depan mereka.

"Lihat ini! Siapa yang jalan di sini sebelum kita?" seru Rudi.

Bima menyalakan senternya ke arah jejak itu. "Aneh, jejak ini cuma ada satu arah. Nggak ada jejak kembali."

Ketakutan mulai menyelimuti mereka, tapi Rudi tetap nekat melanjutkan perjalanan. Semakin jauh mereka berjalan, semakin aneh suasana di sekitar mereka. Kabut tipis mulai menyelimuti jalan setapak, dan suara gemerisik terdengar dari berbagai arah.

"Kita harus balik sekarang," bisik Lina ketakutan.

Sebelum mereka sempat berbalik, terdengar suara langkah kaki yang berat dan lambat. Namun, tak ada siapa pun di sekitar mereka.

"Siapa di sana?" teriak Joko.

Tak ada jawaban, hanya gema suaranya sendiri. Tiba-tiba, senter Rudi berkedip dan mati.

"Astaga! Senternya kenapa?!" seru Rudi panik.

Dalam kegelapan, mereka bisa mendengar suara nafas berat mendekat. Seketika, sesuatu berlari melewati mereka dengan sangat cepat, meninggalkan aroma anyir yang menusuk hidung.

"Lari!" teriak Bima.

Mereka berlari sekencang mungkin, tetapi hutan terasa seperti tidak berujung. Jalan yang tadi mereka lalui menghilang, digantikan dengan pepohonan lebat yang tak dikenali.

"Kita tersesat!" Lina mulai menangis.

Rudi mencoba tetap tenang. "Kita harus tetap bersama. Jangan berpencar!"

Tiba-tiba, jejak kaki yang mereka ikuti sejak tadi menghilang. Sebagai gantinya, muncul jejak kaki kecil yang berputar-putar mengelilingi mereka.

"Ini bukan jejak kita… Lalu, milik siapa?" bisik Joko.

Angin bertiup semakin kencang, membuat pepohonan bergoyang keras. Dari balik kabut, mereka melihat sosok bayangan tinggi dengan mata merah menyala.

"Aku sudah menunggu kalian…" suara serak itu menggema di udara.

Tanpa berpikir panjang, mereka berlari sekuat tenaga. Namun, langkah mereka terasa semakin berat, seolah ada yang menarik mereka ke dalam tanah.

"Jangan berhenti! Tetap lari!" seru Bima.

Namun, satu per satu mereka mulai menghilang ke dalam kabut. Joko hilang lebih dulu, disusul Lina yang menjerit ketakutan. Hanya Bima dan Rudi yang tersisa.

"Kita harus keluar dari sini!" Rudi menarik tangan Bima, tetapi tiba-tiba tanah di bawahnya retak.

Bima jatuh ke dalam lubang gelap. "Rudi! Tolong!"

Rudi mencoba menariknya, tetapi sesuatu yang dingin menyentuh tangannya. Sosok hitam muncul di belakang Bima, menyeretnya ke dalam kegelapan.

"Tidak! Bima!"

Rudi berusaha mencari jalan keluar. Napasnya memburu, kakinya berlari tanpa arah. Namun, semakin jauh ia berlari, semakin ia merasa berada di tempat yang sama.

Akhirnya, ia melihat cahaya redup di kejauhan. Dengan sisa tenaga, ia berlari ke arah cahaya tersebut. Tiba-tiba, ia merasa tubuhnya melayang dan jatuh ke tanah.

Ketika ia membuka mata, ia sudah berada di pinggir hutan. Pagi telah tiba. Tak ada jejak teman-temannya, hanya dirinya yang selamat.

Orang-orang desa menemukannya dalam keadaan linglung. Ia berusaha menjelaskan apa yang terjadi, tetapi tak ada yang percaya.

Satu minggu setelah kejadian itu, Rudi mulai mengalami gangguan. Setiap malam, ia mendengar suara langkah kaki di luar rumahnya. Kadang-kadang, ia melihat bayangan hitam berdiri di sudut kamarnya.

"Bima… Lina… Joko…" suara itu berbisik memanggil nama teman-temannya.

Rudi tak bisa tidur, tak bisa makan dengan tenang. Setiap kali ia menutup mata, ia melihat hutan itu, mendengar bisikan-bisikan menyeramkan.

Suatu malam, pintu kamarnya terbuka sendiri. Ia menoleh dan melihat jejak kaki basah di lantai, mengarah ke tempat tidurnya.

"Kalian di sini?" bisik Rudi dengan suara gemetar.

Bayangan hitam muncul di sudut ruangan. "Kamu meninggalkan kami…"

Rudi menjerit ketakutan. Keesokan harinya, ia ditemukan tak sadarkan diri dengan tubuh gemetar. Orang-orang desa membawanya ke dukun setempat untuk menyembuhkan gangguan yang dialaminya.

Sejak saat itu, Rudi tak pernah berbicara tentang hutan itu lagi. Namun, di suatu malam yang sunyi, terdengar suara langkah kaki dari dalam rumahnya. Jejak kaki basah muncul kembali di lantainya…

Posting Komentar