Kisah Santet dari Tanah Jawa
Kisah Santet dari Tanah Jawa: Dendam yang Tak Pernah Usai
Di sebuah desa terpencil di pedalaman Jawa, hiduplah seorang wanita tua bernama Mbok Sari. Ia dikenal sebagai dukun yang memiliki ilmu hitam turun-temurun. Setiap malam, desas-desus terdengar tentang orang-orang yang tiba-tiba jatuh sakit tanpa sebab. Warga percaya bahwa ini adalah ulah santet Mbok Sari.
"Berdasarkan kisah nyata, nama dan tempat telah disamarkan"
Pada suatu hari, seorang pemuda bernama Arman kembali ke desa setelah bertahun-tahun merantau di kota. Ia mendengar ibunya, Bu Lastri, jatuh sakit secara misterius. Dokter tak bisa menemukan penyebabnya.
"Bu, Ibu kenapa? Kok jadi kurus begini?" tanya Arman cemas.
Bu Lastri menatap anaknya dengan mata sayu. "Nak, Ibu merasa ada sesuatu di dalam tubuh Ibu... seperti ada jarum yang menusuk-nusuk."
Arman menggenggam tangan ibunya. "Tenang, Bu. Saya akan cari tahu siapa yang berbuat ini."
Arman bertanya kepada beberapa tetangga dan mereka semua menunjuk ke satu nama: Mbok Sari.
"Dia dukun sakti, Man. Kalau kau menentangnya, bisa celaka!" bisik Pak Karto, tetua desa.
Namun, Arman tak gentar. Malam itu, ia pergi ke rumah Mbok Sari yang terletak di ujung desa. Rumah reyot itu dikelilingi oleh pepohonan lebat. Angin malam berhembus kencang saat Arman mengetuk pintu.
"Tok! Tok! Tok!"
Suara pintu kayu berderit. Dari celah pintu, muncul wajah keriput Mbok Sari dengan mata tajam.
"Siapa kau?" suaranya serak dan dalam.
"Saya Arman, anak Bu Lastri. Saya tahu Ibu saya kena santet. Hentikan perbuatanmu!"
Mbok Sari menyeringai. "Santet? Hahaha! Kenapa kau menuduhku? Apa buktinya?"
Arman menggertakkan giginya. "Jangan pura-pura! Saya tahu semua orang di desa ini takut padamu."
Mbok Sari menatapnya tajam. "Kalau benar Ibumu kena santet, maka hanya satu cara untuk menyembuhkannya: lawan dengan ilmu yang sama."
Arman terkejut. "Maksudmu?"
"Cari seseorang yang lebih sakti dariku, kalau kau berani."
Tanpa pikir panjang, Arman pergi ke desa seberang untuk menemui Ki Surya, seorang paranormal yang dikenal sebagai penyembuh.
"Santet ini kuat. Aku bisa membantu, tapi butuh waktu dan keberanian," kata Ki Surya.
Malam berikutnya, Ki Surya mulai ritual penyembuhan. Ia membacakan mantra dan memercikkan air suci ke tubuh Bu Lastri. Tiba-tiba, Bu Lastri berteriak kesakitan. Dari mulutnya keluar rambut panjang bercampur darah.
"Ini santet paling jahat," gumam Ki Surya. "Kita harus mengirimkan balik ke pengirimnya."
Dengan kekuatannya, Ki Surya mengembalikan santet itu ke sumbernya. Di rumahnya, Mbok Sari menjerit. Tubuhnya mendadak mengerut dan menghitam.
Keesokan harinya, warga menemukan Mbok Sari tewas mengenaskan. Sejak itu, tak ada lagi kejadian misterius di desa. Arman lega melihat ibunya pulih.
Namun, suatu malam, angin kembali berhembus kencang. Dari kejauhan, terdengar suara tawa serak yang familiar. Arman merasakan bulu kuduknya berdiri...
Hari-hari berlalu, tetapi ketakutan tetap menghantui Arman. Suatu malam, ia bermimpi buruk. Dalam mimpinya, Mbok Sari muncul dengan wajah yang lebih menyeramkan. "Kau pikir aku sudah mati? Aku akan kembali!" suaranya menggema.
Arman terbangun dengan keringat dingin. Ia merasa ada sesuatu yang mengawasinya. Malam-malam berikutnya, ia mulai mendengar suara langkah di depan rumahnya. Setiap kali ia membuka pintu, tidak ada siapa-siapa.
Desa kembali diliputi ketakutan. Beberapa warga mulai jatuh sakit dengan gejala yang sama seperti Bu Lastri. Arman menduga bahwa ini bukan sekadar kebetulan.
Ia kembali menemui Ki Surya. "Guru, saya takut. Mbok Sari belum benar-benar pergi!"
Ki Surya mengangguk. "Santet tingkat tinggi tidak bisa dihancurkan begitu saja. Kau harus mencari akar kekuatannya."
Arman dan Ki Surya kembali ke rumah Mbok Sari. Mereka menggali halaman belakang rumah itu dan menemukan sebuah kendi berisi rambut, paku, dan tulang manusia. Ki Surya segera melakukan ritual untuk menghancurkan benda tersebut.
Namun, saat kendi itu pecah, angin kencang berhembus, dan suara tawa Mbok Sari menggema di udara. "Kalian pikir bisa menyingkirkanku? Aku akan selalu ada!"
Arman dan Ki Surya bergegas menyelesaikan ritual. Ki Surya membakar benda-benda tersebut sambil membaca mantra. Angin berhenti, dan suasana menjadi sunyi.
Setelah kejadian itu, desa kembali tenang. Arman tetap tinggal di desa untuk menjaga ibunya. Namun, di sudut hatinya, ia tahu bahwa ilmu hitam tak pernah benar-benar hilang. Selalu ada yang ingin membalas dendam, dan bayang-bayang ketakutan akan terus mengintai.
Suatu malam, Arman duduk di beranda rumahnya. Tiba-tiba, ia merasakan udara menjadi dingin. Dari kejauhan, ia mendengar suara berbisik.
"Arman... aku belum selesai..."
Arman menoleh. Tidak ada siapa-siapa. Tapi ia tahu, teror itu mungkin belum benar-benar berakhir...
Posting Komentar