Teror di Bangunan Kosong: Bisikan Arwah
Teror di Bangunan Kosong: Bisikan Arwah
Di sudut kota kecil di Indonesia, berdiri sebuah bangunan tua yang telah lama ditinggalkan. Orang-orang sekitar percaya bahwa tempat itu dihuni oleh arwah penasaran. Malam itu, Dika dan teman-temannya, Reza, Andi, dan Siska, nekat memasuki bangunan tersebut demi memenuhi tantangan.
"Serius nih kita masuk?" tanya Siska dengan suara gemetar.
"Santai aja, Sis. Ini cuma bangunan kosong," sahut Reza sambil menyalakan senter.
Mereka melangkah masuk, dan udara dingin langsung menyergap. Bau apek menyeruak, seolah menyambut kedatangan mereka. Langkah kaki mereka menggema di lorong gelap, menambah kesan menyeramkan.
"Dika, lo dengar sesuatu?" bisik Andi.
Dika mengangguk. Dari arah tangga, terdengar suara bisikan samar. Kata-kata yang tak jelas, seperti panggilan dari dunia lain.
"Keluar... Pergi..."
"Siapa itu?" Dika berseru, mencoba bersikap tenang.
Namun, tak ada jawaban. Hanya kesunyian yang semakin mencekam.
Siska tiba-tiba menjerit. "Tangan! Ada yang pegang tangan aku!"
Reza langsung mengarahkan senternya ke sekitar Siska, tapi tak ada siapa-siapa.
"Jangan main-main, Sis!" kata Reza, meski suaranya terdengar goyah.
Andi merasakan sesuatu merayap di lehernya. Ia menoleh ke belakang dan melihat bayangan hitam bergerak cepat.
"Gue nggak betah! Kita keluar sekarang juga!" Andi berlari menuju pintu, diikuti yang lain.
Namun, pintu yang sebelumnya terbuka kini tertutup rapat. Mereka mencoba mendorongnya, tapi sia-sia.
"Tolong...!" Siska menangis ketakutan.
Tiba-tiba, suara tawa menggelegar memenuhi ruangan. Seorang wanita berpakaian lusuh muncul di ujung lorong dengan mata kosong dan senyum menyeramkan.
"Kalian tidak seharusnya ada di sini," bisiknya.
Dalam kepanikan, Dika menemukan jimat di sakunya, pemberian neneknya sebelum pergi. Ia menggenggamnya erat dan berdoa.
Angin kencang tiba-tiba bertiup, suara tangisan dan tawa bercampur menjadi satu. Sekejap kemudian, suasana menjadi hening.
Pintu terbuka sendiri. Tanpa pikir panjang, mereka berlari keluar.
"Jangan pernah kembali," suara itu kembali terdengar saat mereka melangkah keluar.
Sejak malam itu, mereka bersumpah takkan pernah mendekati bangunan itu lagi. Konon, arwah yang menghuni tempat itu masih menunggu korban berikutnya.
Namun, kisah ini belum berakhir. Setelah kejadian itu, Dika mengalami mimpi buruk setiap malam. Dalam tidurnya, ia selalu kembali ke bangunan itu, melihat sosok wanita bergaun lusuh menatapnya dengan mata kosong.
"Dika, kamu kenapa?" tanya Siska suatu hari saat melihat wajah Dika yang tampak pucat.
"Gue mimpi buruk terus, Sis. Selalu tentang tempat itu... dan dia," jawab Dika dengan suara lemah.
Reza mencoba menenangkan. "Mungkin itu cuma efek trauma. Kita semua kaget waktu itu, kan?"
Tapi semakin lama, mimpi itu semakin nyata. Dika bahkan mulai mendengar bisikan itu di dunia nyata, saat ia sendirian di kamarnya atau di jalanan sepi.
"Kembalilah..."
Suara itu semakin sering terdengar. Sampai suatu malam, Dika merasa tubuhnya bergerak sendiri. Ia terbangun dan tanpa sadar sudah berdiri di depan bangunan kosong itu.
"Bagaimana gue bisa sampai sini?" gumamnya ketakutan.
Pintu bangunan itu terbuka dengan sendirinya, seperti mengundangnya masuk. Dengan tubuh gemetar, Dika mencoba melangkah mundur, tapi kakinya terasa berat.
Sebuah tangan dingin menyentuh pundaknya.
"Dika... kamu harus menyelesaikan ini," suara seorang wanita berbisik di telinganya.
Ia menoleh dan melihat sosok yang selalu hadir dalam mimpinya. Namun kali ini, wajah wanita itu tak lagi mengerikan. Ada kesedihan dalam matanya.
"Apa yang harus gue lakukan?" tanya Dika dengan suara serak.
"Temukan jasadku..."
Jantung Dika berdegup kencang. Ia sadar, ada sesuatu yang belum selesai di tempat ini.
Keesokan harinya, Dika menceritakan semuanya kepada teman-temannya. Awalnya mereka ragu, tapi akhirnya memutuskan untuk kembali ke bangunan itu, kali ini dengan tujuan berbeda: mencari kebenaran.
Mereka menyusuri bangunan itu lebih dalam, hingga menemukan sebuah ruangan tersembunyi di balik rak kayu tua. Saat mereka membuka pintunya, bau busuk menyergap.
Di dalamnya, terdapat sisa-sisa kerangka manusia yang sudah lama membusuk.
Siska menutup mulutnya, menahan tangis. "Ini dia..."
Dika merasakan kehadiran sosok itu di belakangnya. "Terima kasih," bisik wanita itu sebelum menghilang dalam cahaya redup.
Keesokan harinya, mereka melaporkan temuan itu ke polisi. Setelah penyelidikan, diketahui bahwa jasad itu adalah seorang wanita yang hilang bertahun-tahun lalu, korban pembunuhan yang belum terungkap.
Sejak saat itu, bisikan di bangunan kosong itu tak pernah terdengar lagi. Bangunan itu kini benar-benar sunyi.
Tapi bagi Dika dan teman-temannya, pengalaman itu akan selamanya menghantui ingatan mereka.
Posting Komentar