Teror di Media Sosial: Ancaman Online
Teror di Media Sosial: Ancaman Online
Rina adalah seorang mahasiswi yang aktif di media sosial. Setiap hari, ia mengunggah foto, cerita, dan berbagi aktivitas kesehariannya di berbagai platform. Hingga suatu hari, ia menerima pesan dari akun anonim bernama "Pengamat Bayangan".
"Kamu cantik sekali hari ini. Aku melihatmu di kafe tadi sore."
Rina terkejut. Ia memang baru saja pergi ke kafe bersama teman-temannya, tapi ia tidak mengenali nama akun tersebut. Awalnya, ia mengabaikannya, menganggap itu hanya penggemar iseng. Namun, pesan-pesan dari akun itu terus muncul setiap hari.
"Kamu sendirian di kamar sekarang? Pakai baju merah ya?"
Rina mulai merasa tidak nyaman. Ia melihat sekeliling kamarnya, memastikan pintu terkunci dan jendela tertutup rapat. Tapi bagaimana akun itu tahu apa yang ia kenakan?
Ia segera menghubungi sahabatnya, Dita. "Dit, ada orang aneh ngirim pesan ke aku. Dia tahu aku ada di mana dan pakai baju apa!"
"Hah? Serem banget! Kamu blok aja akunnya!" saran Dita.
Rina mengikuti saran itu, tetapi keesokan harinya, akun lain dengan nama berbeda mengirim pesan yang sama. "Kenapa diblok? Aku tetap bisa melihatmu, Rina."
Jantungnya berdegup kencang. Ia langsung menutup aplikasinya dan berusaha tidur. Namun, malam itu, ia mendengar suara notifikasi berulang kali.
Dengan tangan gemetar, ia membuka ponselnya. Sebuah foto baru saja dikirim ke inbox-nya. Foto dirinya, sedang tidur, diambil dari sudut kamarnya.
Rina menjerit. Ia berlari ke kamar orang tuanya dan menceritakan semuanya. Ayahnya segera mengecek seluruh rumah, tapi tidak menemukan siapa pun.
"Besok kita lapor polisi," ujar ayahnya.
Keesokan harinya, polisi memeriksa ponsel Rina dan menyarankan untuk menghapus semua akun media sosialnya. "Ada kemungkinan seseorang telah meretas perangkat atau memasang kamera tersembunyi," kata salah satu petugas.
Rina patuh, ia menghapus akun-akunnya dan mengganti ponselnya. Beberapa hari berlalu tanpa gangguan, hingga suatu malam, ia menerima email tanpa nama.
"Aku tidak butuh media sosial untuk melihatmu. Aku selalu ada di dekatmu."
Ketika Rina membaca pesan itu, lampu kamarnya tiba-tiba berkedip dan mati. Di layar ponselnya, kamera depan menyala, merekam sesuatu di belakangnya.
Bayangan hitam dengan mata merah menyala berdiri tepat di belakangnya, tersenyum menyeramkan.
Rina menjerit sekeras mungkin. Dan sejak malam itu, ia menghilang tanpa jejak...
Namun, cerita tidak berhenti sampai di situ. Setelah beberapa hari, keluarga Rina yang masih berharap ia kembali mencoba mencari petunjuk lewat akun media sosialnya yang telah ia hapus. Ajaibnya, akun tersebut kembali aktif dan mulai mengunggah foto-foto baru.
"Rina? Apa kamu kembali?" komentar Dita di salah satu unggahan foto yang menunjukkan sudut kamar Rina.
Namun, tak ada jawaban. Sebagai gantinya, sebuah video pendek muncul di feed akun tersebut. Video itu menunjukkan Rina duduk di pojok kamar dengan ekspresi kosong, matanya merah dan wajahnya pucat.
"Tolong aku..." bisik suara dari video itu, hampir tidak terdengar.
Semua orang yang mengenal Rina menjadi gempar. Polisi mencoba melacak asal unggahan tersebut, tetapi tidak menemukan lokasi pastinya. Lebih aneh lagi, beberapa hari setelahnya, akun itu mulai mengikuti orang-orang yang dulu pernah berinteraksi dengan Rina di media sosial.
"Kenapa akun Rina follow aku? Bukannya sudah dihapus?" tanya salah satu temannya.
Setiap orang yang diikuti oleh akun itu mulai mengalami kejadian aneh. Dita mulai mendengar suara langkah kaki di apartemennya setiap malam, padahal ia tinggal sendirian. Salah satu teman Rina lainnya, Andi, mendapat pesan dari akun tersebut yang berisi video seseorang sedang berdiri di luar jendelanya.
"Aku di sini..." tulis pesan yang menyertai video tersebut.
Ketakutan mulai menyebar. Beberapa orang yang mencoba melaporkan akun tersebut mendapati ponsel mereka tiba-tiba mati mendadak atau berfungsi dengan sendirinya.
Puncaknya terjadi ketika Dita menerima pesan terakhir dari akun itu. "Kamu akan segera bergabung denganku..."
Di malam yang sama, tetangga Dita mendengar jeritan dari apartemennya. Saat polisi mendobrak pintu, mereka menemukan apartemen dalam keadaan kosong. Tak ada tanda-tanda keberadaan Dita, hanya ponselnya yang tergeletak di lantai dengan layar masih menyala, menampilkan notifikasi terakhir dari akun "Pengamat Bayangan".
"Satu per satu... Mereka akan menjadi milikku."
Sejak saat itu, akun tersebut menghilang. Namun, setiap beberapa bulan, akun serupa muncul kembali dengan nama berbeda, mengikuti orang-orang acak, mengirimi mereka pesan-pesan menyeramkan. Dan setiap kali akun itu aktif, selalu ada seseorang yang menghilang...
Apakah kau yakin masih ingin membagikan semua aktivitasmu di media sosial?
Posting Komentar