Hantu Suster: Penampakan di Rumah Sakit
Hantu Suster: Penampakan di Rumah Sakit
Rumah sakit itu sudah lama ditinggalkan. Bangunannya tua dan suram, dengan cat yang mengelupas serta jendela-jendela yang tertutup debu. Namun, di kalangan masyarakat sekitar, rumah sakit ini dikenal bukan hanya karena kondisinya yang terbengkalai, tetapi juga karena cerita-cerita mistis yang menyelimutinya.
Rudi, seorang jurnalis lepas, tertarik untuk menyelidiki kebenaran cerita tersebut. Bersama dua temannya, Dian dan Anton, mereka nekat memasuki rumah sakit tua itu di malam hari.
"Aku masih merasa ini ide buruk," gumam Dian, merapatkan jaketnya. Angin malam terasa menusuk.
"Kita hanya perlu mencari bukti, mengambil beberapa foto, lalu keluar," sahut Rudi, mencoba menenangkan.
Anton yang membawa kamera mengangguk. "Ayo cepat. Semakin lama di sini, semakin merinding rasanya."
Mereka melangkah masuk ke dalam gedung yang sunyi. Aroma khas rumah sakit masih terasa, bercampur dengan bau apek dan jamur. Koridor panjang terbentang di depan mereka, lampu-lampu tua menggantung dalam keadaan mati.
"Ruang ICU ada di lantai dua, kan? Katanya, di sanalah hantu suster sering muncul," bisik Anton.
Mereka menaiki tangga perlahan. Langkah kaki mereka menggema, seolah ada yang mengikuti dari belakang. Saat sampai di lantai dua, mereka melihat sebuah ranjang beroda yang tiba-tiba bergerak sendiri.
"Astaga!" seru Dian, mundur beberapa langkah.
Rudi menelan ludah. "Mungkin angin...?"
Tiba-tiba, terdengar suara roda kursi roda berdecit di lorong sebelah. Anton mengarahkan kameranya, tapi tidak ada siapa-siapa.
"Aku merasa kita tidak sendirian di sini," kata Dian gemetar.
Langkah mereka semakin hati-hati. Mereka mendekati ruang ICU yang pintunya setengah terbuka. Saat Rudi menyentuh gagang pintu, terdengar suara lirih.
"Tolong..."
Dian langsung menutup mulutnya sendiri, menahan teriakan.
Rudi melangkah masuk. Di dalam, ranjang-ranjang pasien berdebu. Tirai putih bergoyang perlahan meskipun tidak ada angin.
"Kita harus keluar dari sini sekarang juga," bisik Dian.
Namun sebelum mereka berbalik, suara langkah kaki bergema di lorong. Mereka menoleh dan melihatnya.
Seorang wanita dengan seragam suster berdiri di ujung lorong. Kepalanya sedikit tertunduk, rambutnya panjang menjuntai menutupi sebagian wajahnya.
"Suster... siapa?" Anton mencoba bertanya.
Wanita itu tidak menjawab. Ia justru mulai berjalan perlahan ke arah mereka.
"Aku tidak suka ini," bisik Dian, air matanya hampir jatuh.
Langkah wanita itu semakin cepat. Tiba-tiba, lampu-lampu yang tadinya mati berkedip-kedip liar. Udara berubah dingin.
"LARI!" teriak Rudi.
Mereka berlari secepat mungkin menuju tangga. Tapi saat mereka hampir sampai di pintu keluar, sosok suster itu sudah berdiri di depan mereka, dengan wajah pucat dan mata hitam pekat.
Dian menjerit. Anton jatuh terduduk, sementara Rudi hanya bisa terpaku.
"Kenapa... kembali...?" suara hantu suster itu parau, seperti berasal dari lorong kosong.
Rudi gemetar. "Kami hanya... ingin tahu kebenaran cerita..."
"Pergi..."
Angin dingin menyapu mereka, dan dalam sekejap, suster itu menghilang. Tanpa pikir panjang, mereka berlari keluar rumah sakit dan tidak pernah kembali lagi.
Setelah kejadian itu, Rudi mencoba mencari tahu tentang suster tersebut. Dari informasi yang ia dapatkan, dulu ada seorang suster bernama Sari yang meninggal secara tragis di rumah sakit itu. Ia mengalami kecelakaan saat bertugas di malam hari, namun jasadnya tidak pernah ditemukan.
"Beberapa orang percaya kalau dia masih di sana, mencari pasien yang harusnya dia rawat," kata seorang mantan pegawai rumah sakit saat diwawancarai oleh Rudi.
Namun, ada satu hal yang lebih mengerikan. Seorang paranormal yang pernah memasuki rumah sakit itu mengatakan bahwa arwah Suster Sari tidak sendirian. Ada entitas lain yang jauh lebih berbahaya menguasai rumah sakit itu.
"Suster itu mungkin ingin kalian pergi agar tidak menjadi korban," kata sang paranormal.
Rudi gemetar mengingat bagaimana suster itu menatap mereka di malam itu. Ia menyadari satu hal: rumah sakit itu bukan sekadar bangunan tua yang ditinggalkan, tetapi sebuah pintu gerbang menuju dunia lain yang tidak seharusnya diganggu.
Beberapa bulan setelah kejadian tersebut, ada seorang pemuda yang nekat masuk ke rumah sakit itu sendirian. Ia ingin membuktikan bahwa cerita-cerita hantu hanya mitos belaka.
Namun, ia tidak pernah kembali.
Kamera yang ia bawa ditemukan di lantai dua, tepat di depan ruang ICU. Saat rekaman terakhirnya diputar, terdengar suara langkah kaki mendekat, diikuti bisikan lirih.
"Kenapa... kembali...?"
Sejak saat itu, tidak ada yang berani mendekati rumah sakit itu lagi. Konon, arwah suster tersebut masih menunggu... siapa pun yang berani melanggar ketenangannya.
Posting Komentar