Kisah Horor: Kisah Orang Kayan dari Kalimantan

Table of Contents
Kisah Horor, Kisah Orang Kayan dari Kalimantan - Cerita Horor Mania

Kisah Horor: Kisah Orang Kayan dari Kalimantan

Di pedalaman Kalimantan, terdapat sebuah desa kecil yang dihuni oleh suku Kayan. Mereka hidup berdampingan dengan alam dan menjaga tradisi leluhur dengan ketat. Namun, ada sebuah legenda menyeramkan yang selalu diceritakan turun-temurun di desa itu—kisah tentang arwah penasaran yang bergentayangan di hutan larangan.

Ari, seorang pemuda dari kota, datang ke desa itu untuk meneliti budaya suku Kayan. Ia ditemani oleh Pak Jaga, seorang tetua desa yang menjadi pemandunya. "Jangan sekali-kali masuk ke hutan larangan setelah matahari terbenam," pesan Pak Jaga dengan nada serius.

Ari mengangguk, tetapi rasa penasarannya lebih besar dari ketakutannya. Malam itu, ia memutuskan untuk pergi ke hutan sendirian. Dengan senter di tangan, ia melangkah masuk ke dalam kegelapan. Udara terasa berat, dan suara malam terdengar semakin sunyi.

Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Ari menoleh, namun tak ada siapa-siapa. "Mungkin cuma hewan," gumamnya. Tapi kemudian, terdengar suara lirih seorang wanita menangis.

"Siapa di sana?" tanya Ari, suaranya bergetar.

Tak ada jawaban. Ia melanjutkan langkahnya, tetapi tiba-tiba ia melihat sesosok wanita berambut panjang dengan mata kosong berdiri di depan pohon besar. Pakaiannya compang-camping, dan wajahnya pucat pasi.

"Tolong... tolong aku..." suara wanita itu berbisik.

Ari merinding. Ia ingin berlari, tapi kakinya seolah membeku. Wanita itu melayang mendekatinya, dan dalam sekejap, ia merasakan tubuhnya semakin dingin.

"Kau telah melanggar larangan..." suara wanita itu berubah menjadi geraman mengerikan.

Ari menjerit dan berlari sekuat tenaga kembali ke desa. Sesampainya di rumah Pak Jaga, tubuhnya gemetar hebat.

"Aku sudah bilang, jangan masuk ke hutan itu!" seru Pak Jaga.

Pak Jaga lalu menceritakan legenda tentang seorang wanita bernama Idayu, yang dibunuh secara kejam oleh sekelompok perampok di hutan larangan. Arwahnya tidak pernah menemukan kedamaian dan terus menghantui siapa pun yang melanggar batas wilayahnya.

Ari menyesali perbuatannya. Ia mengikuti ritual adat yang dilakukan tetua desa untuk meminta maaf kepada arwah Idayu. Setelah ritual selesai, suara tangisan di hutan itu tidak pernah terdengar lagi.

Namun, bagi Ari, pengalaman itu akan selalu menjadi mimpi buruk yang tak terlupakan.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Ari merasa tidak tenang. Setiap malam, ia merasakan ada sesuatu yang mengawasinya dari balik jendela rumah tempat ia menginap. Kadang-kadang, ia mendengar suara langkah kaki di luar rumah, meskipun tidak ada seorang pun di sana.

Pak Jaga memperhatikan perubahan sikap Ari dan bertanya, "Kau masih dihantui, Nak?"

"Entahlah, Pak. Saya merasa ada yang mengawasi saya setiap malam. Saya tidak bisa tidur dengan nyenyak," jawab Ari.

Pak Jaga menghela napas. "Mungkin arwah Idayu belum benar-benar tenang. Mungkin ada sesuatu yang belum terselesaikan."

Ari merasa harus mencari tahu lebih lanjut tentang Idayu. Ia bertanya kepada penduduk desa yang lebih tua, dan akhirnya menemukan seorang nenek bernama Bu Minah yang mengetahui lebih banyak tentang tragedi itu.

"Idayu bukan hanya seorang gadis biasa. Ia adalah pewaris terakhir dari sebuah garis keturunan yang dipercaya memiliki kekuatan gaib. Ia dibunuh karena seseorang menginginkan kekuatannya. Tubuhnya dikuburkan di dalam hutan, tetapi arwahnya tidak pernah pergi," cerita Bu Minah dengan suara bergetar.

Ari terdiam. "Jadi, bagaimana saya bisa membantunya beristirahat dengan tenang?"

"Kuburnya harus ditemukan dan diberi penghormatan yang layak," jawab Bu Minah.

Bersama Pak Jaga dan beberapa penduduk desa, Ari memasuki hutan larangan sekali lagi, kali ini dengan tujuan yang lebih jelas. Mereka mencari tanda-tanda kuburan Idayu berdasarkan petunjuk dari cerita lama.

Setelah beberapa jam pencarian, mereka menemukan sebuah gundukan tanah yang ditumbuhi pohon besar. Pak Jaga berlutut dan menggumamkan doa, sementara penduduk lain mulai menggali dengan hati-hati.

Tak lama kemudian, mereka menemukan tulang belulang yang sudah lama tertimbun. Ari merasakan hawa dingin yang menusuk, tetapi ia tetap membantu proses pemindahan jenazah itu ke desa untuk dimakamkan dengan layak.

Setelah upacara pemakaman selesai, keanehan yang menghantui desa perlahan menghilang. Suara tangisan di malam hari tak lagi terdengar, dan Ari akhirnya bisa tidur dengan tenang.

Ketika tiba waktunya untuk kembali ke kota, Ari berdiri di tepi desa, menatap hutan yang kini terasa lebih damai. Ia berbisik pelan, "Selamat beristirahat, Idayu. Semoga kau menemukan kedamaian."

Dengan hati yang lebih tenang, ia meninggalkan desa, membawa pengalaman yang akan selalu membekas di ingatannya.

Posting Komentar