Kisah Mistis Gunung Merapi, Yogyakarta
Kisah Mistis Gunung Merapi, Yogyakarta
Gunung Merapi di Yogyakarta dikenal sebagai gunung berapi paling aktif di Indonesia. Namun, di balik keindahannya, tersimpan kisah-kisah mistis yang menakutkan. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang pendaki yang hilang secara misterius dan suara-suara aneh yang sering terdengar di malam hari.
Ardi, seorang pendaki berpengalaman, memutuskan untuk mendaki Gunung Merapi bersama tiga temannya: Rian, Bayu, dan Sinta. Mereka sudah sering mendaki gunung, tetapi kali ini mereka merasa ada sesuatu yang berbeda.
"Kita harus hati-hati, ya. Gunung Merapi bukan gunung biasa," ujar Bayu sambil menatap puncak yang tertutup kabut.
"Santai saja, kita sudah terbiasa mendaki," balas Ardi dengan percaya diri.
Perjalanan mereka dimulai dengan lancar. Namun, saat malam tiba dan mereka mendirikan tenda di pos 3, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Rian, yang keluar untuk mencari kayu bakar, tiba-tiba mendengar suara gamelan dari kejauhan.
"Hei, kalian dengar itu?" tanya Rian saat kembali ke tenda.
"Dengar apa?" tanya Sinta penasaran.
"Aku dengar suara gamelan dari arah atas. Tapi aneh, siapa yang memainkan musik di gunung seperti ini?" jawab Rian dengan wajah cemas.
Mereka semua saling bertatapan. Tidak ada pendaki lain di sekitar mereka. Malam semakin larut, dan udara terasa semakin dingin. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki di sekitar tenda mereka.
"Siapa itu?" tanya Ardi dengan suara tegang.
Tidak ada jawaban. Hanya suara angin yang berhembus pelan. Namun, Bayu yang memberanikan diri mengintip keluar tiba-tiba terjatuh ke belakang.
"Ada... ada seseorang berdiri di luar!" katanya dengan napas tersengal.
Mereka semua terdiam. Perlahan, Ardi membuka pintu tenda dan melihat sosok bayangan tinggi berdiri tak jauh dari mereka. Sosok itu mengenakan pakaian khas Jawa, dengan mata merah menyala.
"Lari!" teriak Ardi.
Mereka berempat segera keluar dari tenda dan berlari menuruni jalur yang mereka lewati sebelumnya. Namun, semakin mereka berlari, semakin jauh mereka merasa dari jalur yang seharusnya.
"Kita tersesat!" teriak Sinta dengan panik.
Rian mencoba menenangkan mereka. "Kita harus tetap bersama dan jangan panik. Kalau kita panik, kita bisa semakin tersesat."
Namun, sebelum mereka bisa berpikir jernih, suara tertawa perempuan terdengar dari balik pepohonan. Suara itu lirih, tetapi semakin lama semakin mendekat.
"Kita harus keluar dari sini sekarang!" kata Bayu.
Dalam kepanikan, mereka akhirnya menemukan sebuah gua kecil yang cukup untuk berlindung sementara. Dengan napas tersengal, mereka mencoba menenangkan diri.
"Apa yang sebenarnya kita lihat tadi?" tanya Ardi dengan suara gemetar.
"Aku tidak tahu, tapi sepertinya kita mengganggu sesuatu," jawab Sinta.
Rian mengingat cerita lama tentang Gunung Merapi. "Dulu, kakekku pernah bercerita bahwa di gunung ini ada kerajaan gaib. Orang-orang yang tidak sopan atau melanggar pantangan bisa tersesat dan tidak pernah kembali."
Ardi menunduk. "Mungkin kita sudah melakukan kesalahan. Kita harus meminta maaf."
Mereka akhirnya berdoa bersama, berharap diberikan jalan keluar. Tak lama setelah itu, suara azan subuh terdengar dari kejauhan. Perlahan, kabut di sekitar mereka mulai menipis.
"Lihat! Itu jalur pendakian!" seru Bayu.
Mereka segera bergegas ke jalur yang benar dan akhirnya berhasil kembali ke pos awal dengan selamat. Saat mereka sampai, seorang penjaga pos melihat mereka dengan tatapan serius.
"Kalian dari mana semalaman?" tanya penjaga itu.
"Kami tersesat," jawab Ardi.
Penjaga itu menghela napas. "Kalian beruntung masih bisa kembali. Banyak pendaki yang hilang di gunung ini karena tidak menghormati aturan tak tertulis di sini."
Mereka pun duduk untuk beristirahat sejenak. Namun, saat melihat ransel mereka, Bayu terperanjat.
"Ini bukan barang kita!" katanya sambil mengangkat sebuah kain berwarna hitam dengan motif kuno.
Di dalam kantong ransel itu juga terdapat sesajen yang masih utuh, seperti yang biasa digunakan untuk persembahan. Mereka saling berpandangan, tidak mengerti bagaimana benda itu bisa berada di dalam tas mereka.
"Apa mungkin... ini pemberian dari mereka?" bisik Sinta.
Ardi segera mengambil keputusan. "Kita kembalikan ke tempatnya. Ini bukan milik kita."
Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke titik terakhir mereka melihat sosok misterius itu. Dengan hati-hati, mereka meletakkan kain dan sesajen di sebuah batu besar, lalu berdoa dengan penuh penghormatan.
Setelah itu, mereka kembali ke pos dengan perasaan lebih tenang. Keanehan yang mereka rasakan pun perlahan menghilang.
Sejak kejadian itu, Ardi dan teman-temannya tidak lagi meremehkan cerita mistis tentang Gunung Merapi. Mereka sadar bahwa ada dunia lain yang tidak bisa mereka lihat, dan tidak seharusnya mereka ganggu.
Gunung Merapi tetap menjadi tempat indah bagi para pendaki, tetapi juga menyimpan misteri yang tidak akan pernah terungkap sepenuhnya.
Apakah kamu berani mendaki Gunung Merapi sendirian di malam hari?
Posting Komentar