Misteri Leak Bali: Ilmu Hitam
Misteri Leak Bali: Ilmu Hitam
Malam di desa kecil di Bali terasa begitu sunyi. Hanya suara gesekan daun kelapa yang tertiup angin serta sesekali lolongan anjing yang terdengar. Desa itu memang dikenal masih kental dengan kepercayaan terhadap ilmu hitam, terutama tentang Leak.
Made, seorang pemuda desa, baru saja pulang dari bekerja di kota. Malam itu, ia harus melewati jalan setapak yang membelah hutan kecil menuju rumahnya. Walaupun sudah sering melewati jalan itu, malam ini terasa berbeda. Bulu kuduknya berdiri tanpa alasan yang jelas.
"Ah, mungkin aku terlalu lelah," gumamnya sambil mempercepat langkah.
Namun, semakin jauh ia berjalan, semakin ia merasa ada sesuatu yang mengawasinya. Angin bertiup kencang, membawa aroma anyir yang menusuk hidung.
"Siapa di sana?" seru Made, berharap hanya imajinasinya.
Tak ada jawaban. Tapi dari sudut matanya, ia menangkap bayangan bergerak di antara pepohonan. Napasnya semakin berat. Langkahnya dipercepat.
Tiba-tiba, suara tawa mengerikan menggema di udara. Suara itu seperti datang dari atas. Dengan jantung berdebar, Made memberanikan diri untuk melihat ke atas.
Di sana, di atas pohon beringin tua, sesosok makhluk mengerikan melayang. Wajahnya menyerupai manusia tetapi dengan mata merah menyala, gigi tajam yang mencuat dari bibirnya, dan lidah panjang menjulur keluar. Tubuhnya tanpa organ, hanya kepala dengan rambut panjang yang menjuntai.
"Leak!" teriak Made ketakutan.
Ia berlari sekencang mungkin, berusaha mencapai rumahnya sebelum makhluk itu mengejarnya. Namun, suara tawa itu semakin mendekat. Udara terasa semakin berat, seakan-akan ada sesuatu yang menghambat langkahnya.
"Made! Cepat masuk!" suara tua memanggil dari kejauhan.
Itu suara Kakek Wayan, seorang tetua desa yang dikenal sebagai orang pintar. Made bergegas menuju rumah kakeknya dan langsung masuk. Begitu ia melangkah ke dalam, Kakek Wayan menutup pintu dan menaburkan garam di sekeliling ruangan.
"Apa yang kau lihat tadi, Nak?" tanya Kakek Wayan dengan wajah serius.
"Leak, Kek! Aku melihatnya di pohon beringin tua!" jawab Made sambil terengah-engah.
Kakek Wayan mengangguk pelan. "Aku sudah menduga. Leak semakin sering muncul belakangan ini. Ada seseorang yang sedang mempraktikkan ilmu hitam di desa ini."
Made menelan ludah. "Siapa, Kek?"
"Belum tahu pasti. Tapi ada tanda-tanda yang bisa kita kenali," jawab Kakek Wayan. "Leak biasanya mencari mangsa pada malam hari. Mereka bisa mengubah wujudnya menjadi hewan atau bahkan menyerupai manusia. Jika kau melihat seseorang yang mencurigakan di siang hari, perhatikan matanya. Biasanya, mata mereka tetap merah seperti Leak yang kau lihat tadi."
Made menggigil. Ia teringat sesuatu. Siang tadi, saat berada di pasar desa, ia sempat bertemu dengan seorang wanita tua yang menatapnya dengan mata merah menyala. Saat itu, ia mengira wanita itu hanya sakit atau kelelahan.
"Kek... aku rasa aku tahu siapa orangnya," bisik Made.
Kakek Wayan menatapnya tajam. "Besok, kita akan mencari tahu lebih lanjut. Tapi untuk malam ini, jangan keluar rumah. Leak bisa datang kapan saja."
Malam itu, Made sulit tidur. Bayangan wajah menyeramkan Leak terus terngiang di benaknya. Hanya doa dan mantra yang diberikan Kakek Wayan yang membuatnya merasa sedikit tenang.
Keesokan harinya, Made dan Kakek Wayan pergi ke rumah wanita tua yang dilihatnya di pasar. Rumah itu terletak di pinggiran desa, dikelilingi pohon rimbun dan suasana yang terasa ganjil.
"Kita harus hati-hati. Jika dia benar-benar seorang Leak, dia pasti sudah tahu bahwa kita mencurigainya," bisik Kakek Wayan.
Mereka mengetuk pintu. Tak lama kemudian, seorang wanita tua muncul. Matanya masih merah seperti sebelumnya, dan senyumannya terlihat aneh.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan suara serak.
Kakek Wayan tersenyum ramah. "Kami hanya ingin bertanya, apakah Anda baik-baik saja? Saya mendengar kabar ada kejadian aneh di desa ini, dan saya khawatir."
Wanita itu tertawa pelan. "Jangan percaya takhayul, Pak Tua. Kadang-kadang, hal yang tidak terlihat lebih baik dibiarkan begitu saja."
Made merasakan hawa dingin menjalari tubuhnya. Ia ingin segera pergi dari sana.
Setelah berpamitan, mereka berjalan menjauh dari rumah itu. Kakek Wayan berbisik, "Kita harus berjaga malam ini. Aku yakin dia akan menunjukkan wujud aslinya."
Malam itu, Made dan Kakek Wayan bersembunyi di dekat rumah wanita tua itu. Angin bertiup kencang, dan suasana semakin mencekam.
Tepat tengah malam, pintu rumah terbuka. Sosok wanita tua itu keluar, tetapi tubuhnya mulai berubah. Kepalanya perlahan terlepas dari tubuhnya, melayang di udara dengan organ dalam yang menjuntai. Mata merahnya menyala di kegelapan, dan tawa mengerikan terdengar.
"Itu dia, Leak!" bisik Made dengan suara gemetar.
Kakek Wayan segera mengeluarkan kain putih berisi mantra suci dan mulai membacakan doa. Leak itu tampak kesakitan, berteriak marah sambil mencoba melawan.
Setelah beberapa saat, Leak itu menghilang ke dalam kegelapan. Kakek Wayan menghembuskan napas lega.
"Untuk sementara, dia pergi. Tapi kita harus tetap waspada. Ilmu hitam tidak bisa hilang begitu saja. Jika tidak ada yang menghentikannya, dia akan kembali mencari mangsa," kata Kakek Wayan.
Made mengangguk. Kini ia mengerti bahwa dunia ini tidak hanya dihuni oleh manusia, tetapi juga makhluk lain yang tak kasat mata. Dan di tanah Bali yang mistis, legenda tentang Leak bukan hanya sekadar cerita, tetapi sebuah kenyataan yang masih hidup hingga kini.
Beberapa hari kemudian, warga desa menemukan tubuh wanita tua itu dalam kondisi mengenaskan. Namun, sejak kematiannya, tak ada lagi kejadian aneh di desa. Apakah Leak itu benar-benar sudah lenyap? Ataukah masih ada yang meneruskan ilmu hitamnya di tempat lain? Misteri ini tetap hidup dalam cerita-cerita warga desa.
Posting Komentar