Misteri Leak Bali: Rahasia Gelap Pulau Dewata

Table of Contents
Misteri Leak Bali, Rahasia Gelap Pulau Dewata - Cerpen Horor Mania

Misteri Leak Bali: Rahasia Gelap Pulau Dewata

Di sebuah desa terpencil di Bali, terdapat sebuah kepercayaan yang diwariskan turun-temurun tentang keberadaan Leak. Makhluk gaib ini dipercaya memiliki kekuatan supranatural yang dapat merubah wujudnya menjadi berbagai bentuk menyeramkan. Meskipun hanya dianggap sebagai legenda, banyak warga desa yang mengaku pernah melihatnya.

Malam itu, Made, seorang pemuda desa yang baru saja kembali dari perantauan, memutuskan untuk mengunjungi rumah neneknya di desa tempat ia dibesarkan. Ia tidak pernah percaya pada mitos tentang Leak. Baginya, semua itu hanyalah cerita yang diceritakan untuk menakut-nakuti anak kecil.

"Made, jangan keluar malam-malam. Banyak hal yang tidak bisa dijelaskan oleh logika," ujar neneknya saat melihatnya hendak keluar rumah.

Made hanya tersenyum. "Tenang saja, Nek. Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar. Lagipula, aku sudah dewasa."

Neneknya hanya menghela napas dan menggeleng. "Hati-hati, Nak. Jika kau mendengar suara aneh atau melihat sesuatu yang tidak biasa, segera kembali ke rumah."

Made mengangguk dan melangkah keluar. Malam itu terang, bulan purnama bersinar di langit, memberikan cahaya ke jalan setapak yang membelah sawah. Angin berhembus lembut, namun ada sesuatu yang membuat malam itu terasa berbeda.

Di tengah perjalanan, Made mendengar suara tawa lirih dari arah hutan kecil di pinggir desa. Ia menghentikan langkahnya dan mencoba mencari sumber suara itu.

"Siapa di sana?" tanyanya.

Tak ada jawaban. Hanya suara angin yang berdesir di antara pepohonan. Ia mengabaikannya dan melanjutkan langkahnya, tetapi suara itu kembali terdengar, kali ini lebih dekat.

Rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya. Dengan langkah hati-hati, ia berjalan mendekati sumber suara. Di balik pohon besar, ia melihat sesosok wanita berambut panjang dengan pakaian putih berdiri membelakanginya.

"Maaf, apakah Anda butuh bantuan?" tanyanya dengan suara ragu.

Wanita itu tidak menjawab. Perlahan, ia berbalik, dan saat wajahnya terlihat di bawah sinar bulan, darah Made seakan membeku.

Wajah wanita itu bukanlah wajah manusia. Matanya merah menyala, lidahnya menjulur panjang, dan giginya tajam seperti taring.

"Leak!" seru Made ketakutan.

Tanpa pikir panjang, ia berbalik dan berlari sekencang mungkin. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin membasahi tubuhnya. Namun, langkah kakinya terasa semakin berat, seolah ada sesuatu yang menahannya.

Dari balik bahunya, ia bisa melihat sosok Leak itu melayang mengejarnya dengan senyum menyeramkan. Made membaca doa dalam hati, berharap bisa sampai ke rumah neneknya.

Ketika rumah neneknya sudah terlihat, Made merasa tubuhnya semakin lemas. Ia hampir saja jatuh jika neneknya tidak buru-buru membukakan pintu dan menariknya masuk.

Neneknya segera menutup pintu dan menyebarkan garam di sekitar rumah.

"Kamu melihatnya, bukan?" tanya neneknya dengan wajah serius.

Made mengangguk, masih terengah-engah.

"Aku sudah memperingatkanmu," lanjut neneknya. "Leak bukan sekadar mitos. Mereka ada, dan mereka hanya menampakkan diri pada orang-orang yang meragukan keberadaan mereka."

Malam itu, Made tidak bisa tidur. Bayangan wajah menyeramkan Leak itu masih tergambar jelas di pikirannya. Ia tidak pernah menyangka bahwa mitos yang selama ini ia anggap tak masuk akal ternyata benar adanya.

Sejak saat itu, ia tidak pernah keluar rumah setelah matahari terbenam. Dan setiap kali mendengar suara tawa lirih di malam hari, ia hanya bisa berdoa dalam hati agar tidak lagi bertemu dengan makhluk yang hampir merenggut nyawanya.

Namun, kejadian itu ternyata belum berakhir.

Keesokan harinya, desa menjadi gempar. Seorang warga ditemukan pingsan di depan rumahnya dengan luka cakaran di tubuhnya. Warga percaya bahwa itu ulah Leak yang sedang mencari mangsa.

"Ini bukan pertama kalinya terjadi," kata Pak Ketut, tetua desa. "Setiap kali ada yang meragukan keberadaan Leak, mereka pasti mengalami kejadian aneh."

Made semakin penasaran. Ia pun menemui seorang pendeta desa yang dikenal memiliki pengetahuan luas tentang hal-hal gaib.

"Leak adalah manusia biasa yang mempelajari ilmu hitam untuk mendapatkan kekuatan supranatural," jelas pendeta itu. "Namun, ada harga yang harus dibayar. Mereka harus mencari darah manusia untuk mempertahankan kekuatannya."

Made merinding mendengarnya. "Lalu, bagaimana cara menghentikannya?"

Pendeta itu menghela napas. "Leak bisa dikalahkan dengan doa dan mantra tertentu, tetapi yang terpenting adalah keyakinan kita. Jika kita takut dan ragu, mereka akan semakin kuat."

Di malam berikutnya, Made merasa ada yang mengawasinya. Suara tawa lirih kembali terdengar, kali ini lebih dekat. Perlahan, ia membuka jendela dan melihat bayangan hitam melayang di atas pohon besar di dekat rumahnya.

Dengan gemetar, ia menutup jendela dan berdoa. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan keras di pintu.

"Tok… tok… tok…"

Jantung Made berdegup kencang. Ia tahu, jika ia membuka pintu, sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Dengan sisa keberanian yang ada, ia tetap diam dan melanjutkan doanya.

Suara ketukan semakin keras, tetapi kemudian perlahan menghilang. Ketika fajar tiba, Made memberanikan diri untuk keluar rumah. Ia menemukan bekas cakaran di pintu dan jejak kaki yang aneh di tanah.

Sejak saat itu, Made tidak pernah lagi meragukan keberadaan Leak. Ia menjadi lebih waspada dan selalu mengikuti nasihat neneknya. Meskipun ia tidak pernah melihat makhluk itu lagi, ia tahu bahwa di suatu tempat, Leak masih mengintai, mencari mereka yang cukup berani untuk meragukan keberadaannya.

Posting Komentar