Misteri Rumah Kentang, Bandung: Aroma Kematian

Table of Contents
Misteri Rumah Kentang, Bandung, Aroma Kematian - Cerpen Horor Mania

Misteri Rumah Kentang, Bandung: Aroma Kematian

Di salah satu sudut Kota Bandung, terdapat sebuah rumah tua yang dikenal sebagai Rumah Kentang. Konon, rumah itu menyimpan kisah kelam yang membuat bulu kuduk meremang. Warga sekitar sering mencium aroma kentang terbakar dari rumah itu, padahal rumah tersebut telah lama kosong.

Rina dan Dimas, dua mahasiswa yang gemar menelusuri tempat-tempat angker, memutuskan untuk menyelidiki kebenaran di balik legenda itu. Mereka berangkat malam hari, membawa kamera dan senter sebagai perlengkapan.

"Serius, Rin? Kita benar-benar masuk ke rumah ini?" tanya Dimas, ragu.

"Tentu saja. Kalau cuma dengar cerita orang, kita nggak akan pernah tahu yang sebenarnya," jawab Rina mantap.

Mereka membuka gerbang besi yang berkarat, lalu melangkah masuk ke halaman rumah yang dipenuhi ilalang. Begitu memasuki rumah, bau kentang terbakar langsung menyergap.

"Bau ini... seperti yang orang-orang katakan!" seru Dimas, menutup hidungnya.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari lantai atas. Rina dan Dimas saling berpandangan, jantung mereka berdegup kencang.

"Ada orang di atas?" bisik Rina.

Tanpa menjawab, Dimas menyalakan senter dan perlahan menaiki tangga. Papan kayu di bawah kakinya berderit nyaring. Saat mereka sampai di lantai dua, suasana semakin mencekam. Udara terasa lebih dingin, dan suara langkah kaki tadi menghilang.

"Cuma imajinasi kita, mungkin?" tanya Dimas, mencoba menghibur diri.

Namun, sebelum Rina sempat menjawab, tiba-tiba terdengar suara anak kecil menangis dari sebuah kamar di ujung lorong. Rina merasakan bulu kuduknya berdiri.

"Kita harus lihat," bisiknya.

Mereka berjalan perlahan menuju sumber suara. Pintu kamar itu sedikit terbuka. Dengan tangan gemetar, Rina mendorong pintunya.

Di dalam kamar yang gelap, mereka melihat sesosok anak kecil duduk membelakangi mereka. Tubuhnya gemetar, dan ia seakan menangis tersedu-sedu.

"Dek? Kamu siapa?" tanya Rina dengan hati-hati.

Anak itu perlahan menoleh, memperlihatkan wajahnya yang pucat dengan mata kosong. Seketika, ruangan dipenuhi aroma kentang terbakar yang semakin menyengat.

"Pergi dari sini..." suara anak itu berbisik, sebelum tiba-tiba menghilang seperti kabut.

Dimas berteriak dan menarik tangan Rina, mereka berlari keluar dari rumah dengan napas terengah-engah.

Namun, rasa penasaran masih menggelayuti mereka. Rina mulai mencari informasi tentang Rumah Kentang. Ia menemukan kisah tragis dari masa lalu. Rumah itu dulunya dihuni oleh sebuah keluarga kaya raya, namun seorang pelayan mereka kehilangan anaknya yang masih kecil akibat kecelakaan tragis di dapur. Bocah itu jatuh ke dalam kuali besar berisi kentang yang sedang direbus.

Sejak saat itu, penghuni rumah mulai mengalami kejadian aneh, hingga akhirnya mereka meninggalkan rumah itu untuk selamanya. Namun, arwah sang anak tetap tinggal di sana, seakan menunggu sesuatu.

"Dimas, aku menemukan cerita tentang anak itu," kata Rina sambil menunjukkan artikel lama yang ia temukan.

"Jadi, arwahnya masih gentayangan karena peristiwa itu?" tanya Dimas.

"Sepertinya iya. Kita harus melakukan sesuatu. Mungkin, kita bisa membantu arwahnya tenang," jawab Rina.

Dengan bantuan seorang paranormal bernama Pak Jaya, mereka kembali ke rumah itu untuk melakukan ritual pelepasan arwah.

"Anak kecil itu masih terperangkap di sini karena kematiannya yang tragis. Kita harus membantunya," ujar Pak Jaya.

Mereka menyalakan lilin dan membacakan doa. Tak lama, sosok anak kecil itu kembali muncul di depan mereka. Kali ini, ia tidak tampak menyeramkan, tetapi lebih seperti anak kecil yang kebingungan.

"Aku... tidak bisa menemukan ibuku..." katanya lirih.

"Nak, ibumu sudah lama pergi. Kamu harus pergi ke tempat yang lebih baik," kata Pak Jaya dengan suara lembut.

Perlahan, tubuh anak itu mulai memudar. Sebelum benar-benar hilang, ia tersenyum ke arah Rina dan Dimas. Aroma kentang terbakar yang selalu menyertai rumah itu pun perlahan menghilang.

"Sudah selesai," ucap Pak Jaya.

Sejak malam itu, Rumah Kentang tidak lagi terasa angker. Tidak ada lagi bau kentang terbakar atau suara aneh di dalamnya. Legenda itu perlahan-lahan mulai menghilang, namun kisah tragis sang anak tetap dikenang oleh mereka yang mengetahui sejarahnya.

Rina dan Dimas pulang dengan perasaan lega. Mereka tahu bahwa kali ini, mereka tidak hanya mencari pengalaman menyeramkan, tetapi juga telah membantu jiwa yang tersesat menemukan jalan pulangnya.

Posting Komentar