Mitos Hantu Pulau Sempu, Jawa Timur

Table of Contents
Mitos Hantu Pulau Sempu, Jawa Timur - Cerpen Horor Mania

Mitos Hantu Pulau Sempu, Jawa Timur

Di selatan Malang, Jawa Timur, terdapat sebuah pulau yang penuh misteri, Pulau Sempu. Meski keindahannya memukau, masyarakat setempat percaya bahwa pulau ini menyimpan banyak kisah mistis. Salah satunya adalah legenda tentang sosok hantu yang menghantui para pengunjung yang tidak menghormati tempat tersebut.

Arif, seorang fotografer muda, tertarik dengan keindahan dan misteri Pulau Sempu. Bersama tiga temannya, Dika, Rina, dan Santi, mereka memutuskan untuk mengunjungi pulau itu demi mendapatkan gambar terbaik untuk proyek dokumentasi mereka.

"Kita harus hati-hati. Banyak orang bilang ada yang janggal di pulau ini," ujar Pak Hasan, seorang nelayan yang mengantar mereka ke pulau itu.

"Ah, Pak, itu cuma mitos. Kami hanya ingin menikmati keindahan alam," jawab Arif sambil tersenyum.

Pak Hasan hanya menggeleng. "Jangan sembarangan. Jika mendengar suara perempuan menangis atau tertawa, jangan pernah menoleh."

Sesampainya di pulau, mereka langsung terpukau dengan keindahan Laguna Segara Anakan. Airnya biru jernih, pepohonan rindang, dan suasana begitu tenang. Namun, semakin sore, angin terasa lebih dingin, dan suasana berubah menjadi lebih sunyi.

"Aku merasa ada yang mengawasi kita," bisik Santi dengan wajah gelisah.

Dika tertawa kecil. "Santai saja, ini hanya pulau kosong. Jangan terlalu percaya mitos."

Namun, menjelang malam, suasana berubah drastis. Angin bertiup kencang, ombak berdebur lebih keras, dan tiba-tiba terdengar suara perempuan menangis dari dalam hutan.

"Dengar itu?" tanya Rina sambil memegang tangan Santi yang gemetar.

Arif menelan ludah. "Mungkin hanya suara angin."

Namun, suara tangisan itu semakin jelas. Bahkan terdengar seperti seorang perempuan yang memanggil-manggil nama mereka.

"Arif... Dika..."

Mereka semua saling berpandangan. Tidak ada satu pun dari mereka yang memberitahu namanya kepada orang lain sejak tiba di pulau.

"Kita harus pergi dari sini," bisik Pak Hasan yang tiba-tiba muncul dari balik pepohonan. "Kalian melanggar aturan tak tertulis di pulau ini."

"Apa maksud Pak Hasan?" tanya Arif.

"Hantu di sini akan mengincar siapa saja yang tidak menghormati tempat ini. Jika kalian menjawab panggilannya, kalian tidak akan pernah bisa pulang," jawab Pak Hasan dengan nada serius.

Namun, terlambat. Dika, yang tidak percaya dengan cerita itu, sudah terlanjur menjawab.

"Siapa kau? Tunjukkan dirimu!" teriaknya.

Seketika itu juga, suara tangisan berubah menjadi tawa melengking. Dari dalam hutan, sosok perempuan berambut panjang dengan mata kosong dan gaun putih lusuh muncul perlahan.

"Dika... kau sudah kupilih..." bisiknya dengan suara yang mengerikan.

Dika menjerit, tubuhnya mendadak kaku. Ia seperti kehilangan kesadaran, matanya kosong, dan tubuhnya mulai berjalan sendiri menuju hutan.

"Dika! Jangan ke sana!" Rina berusaha menariknya, tapi tubuh Dika terasa sangat berat.

Pak Hasan merogoh kantongnya dan mengeluarkan segenggam garam yang kemudian dilemparkannya ke arah sosok wanita itu. Seketika, sosok tersebut menjerit kesakitan dan menghilang dalam kabut.

Dika terjatuh ke tanah, napasnya terengah-engah. "Apa... yang barusan terjadi?" tanyanya dengan suara gemetar.

"Kita harus segera meninggalkan pulau ini sebelum malam semakin larut," kata Pak Hasan tegas.

Mereka segera berlari menuju perahu. Saat berangkat, mereka melihat bayangan samar wanita itu berdiri di tepi pantai, menatap mereka dengan senyum mengerikan.

Di atas perahu, suasana masih mencekam. Tak ada yang berbicara, hingga akhirnya Rina bersuara lirih, "Apa yang sebenarnya terjadi, Pak Hasan?"

Pak Hasan menarik napas panjang. "Pulau ini memang indah, tapi bukan tempat untuk manusia biasa. Sejak zaman dulu, ada kisah tentang seorang perempuan yang dianiaya dan dibuang di sini. Arwahnya tak pernah tenang, dan dia selalu mencari korban baru."

"Apakah kita benar-benar selamat?" tanya Santi, masih gemetar.

Pak Hasan menatap ke arah pulau yang semakin menjauh. "Aku tidak tahu pasti. Tapi kalau kalian mulai mendengar suara aneh dalam beberapa hari ke depan, jangan pernah menjawabnya."

Setelah kembali ke daratan, mereka mengira semuanya sudah selesai. Namun, keanehan terus berlanjut.

Beberapa hari kemudian, Arif mulai mengalami mimpi buruk. Dalam mimpinya, ia kembali ke Pulau Sempu, berdiri di tepi hutan, dan mendengar suara perempuan memanggil namanya.

"Arif... kau pikir sudah bisa lari dariku...?"

Ia terbangun dengan keringat dingin. Namun, yang membuatnya semakin ketakutan adalah suara samar yang masih terdengar di telinganya, seperti bisikan yang terus mengintai.

Di sisi lain, Dika mulai berubah. Ia sering termenung, matanya kosong, dan kadang berbicara sendiri. Suatu malam, Rina dan Santi menemukan Dika berdiri di depan cermin, berbicara dengan bayangannya sendiri.

"Aku harus kembali... dia memanggilku..." katanya dengan suara datar.

"Dika, sadarlah!" Rina mengguncang tubuhnya, tetapi Dika hanya tersenyum kosong.

Ketakutan semakin besar saat suatu malam, Dika menghilang dari rumahnya. Tak ada yang tahu ke mana ia pergi. Hanya satu petunjuk yang ditemukan: sebuah catatan di mejanya bertuliskan, "Aku akan pulang..."

Sejak saat itu, tak ada yang pernah mendengar kabar tentang Dika lagi. Rina, Santi, dan Arif tahu satu hal: legenda Pulau Sempu bukan sekadar cerita rakyat. Dan mungkin, Dika telah menjadi bagian dari misteri yang tak akan pernah terpecahkan.

Bagi siapa pun yang ingin mengunjungi Pulau Sempu, ingatlah satu hal. Jika mendengar suara yang memanggil nama Anda... jangan pernah menjawab.

Posting Komentar