Penampakan: Pertemuan dengan Makhluk Halus
Penampakan: Pertemuan dengan Makhluk Halus
Malam itu, hujan turun dengan deras di sebuah desa kecil di Sumatera Barat. Bayu, seorang pemuda yang baru pulang dari kota, harus melewati jalan setapak di tengah hutan untuk sampai ke rumahnya. Jalanan yang gelap, ditambah suara gemuruh petir, membuat suasana semakin mencekam.
"Kenapa harus mati lampu saat aku pulang?" gumam Bayu sambil mempercepat langkahnya.
Ia hanya ditemani cahaya senter kecil yang redup. Suara gemerisik dedaunan membuatnya waspada. Awalnya, ia berpikir itu hanya suara angin, tetapi semakin lama, suara itu terdengar seperti langkah kaki yang mengikutinya.
Bayu menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Namun, udara tiba-tiba menjadi lebih dingin, membuat bulu kuduknya meremang.
"Ah, mungkin hanya perasaanku saja," katanya, mencoba meyakinkan diri.
Baru beberapa langkah ke depan, ia melihat sesuatu di tengah jalan. Seorang wanita berdiri membelakanginya, dengan rambut panjang menjuntai dan pakaian putih yang basah karena hujan.
"Bu… Bu, sedang apa di sini?" tanyanya dengan suara bergetar.
Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya diam, seolah menunggu sesuatu. Bayu merasa ada yang tidak beres. Jantungnya berdetak lebih kencang.
"Permisi, saya mau lewat," ucapnya sambil mencoba berjalan di sisi lain.
Namun, saat ia melangkah, wanita itu perlahan menoleh. Wajahnya pucat, matanya kosong, dan bibirnya tersenyum aneh. Bayu tertegun. Tubuhnya terasa kaku, tidak bisa bergerak.
"Kamu… pulang…?" suara wanita itu terdengar pelan, namun menusuk ke dalam pikirannya.
Bayu ingin berlari, tetapi tubuhnya seolah terpaku di tempat. Wanita itu semakin mendekat, sementara suara petir menyambar, menerangi wajah menyeramkan yang semakin jelas di depan matanya.
"Jangan… jangan ganggu aku!" teriak Bayu sambil menutup matanya.
Ketika ia membuka mata, wanita itu sudah tidak ada. Namun, suara tawa kecil terdengar di telinganya. Bayu merasa kakinya lemas. Ia segera berlari sekuat tenaga menuju rumah.
Setibanya di rumah, ia langsung menemui neneknya yang sedang menyalakan lilin.
"Kenapa kau lari begitu, Bayu?" tanya nenek dengan wajah heran.
"Nek, aku tadi melihat wanita di jalan! Dia… dia menyeramkan!" jawab Bayu dengan napas tersengal.
Neneknya terdiam sejenak. Wajahnya berubah serius.
"Itu mungkin arwah Sari," katanya pelan.
"Sari? Siapa itu, Nek?" Bayu bertanya dengan bingung.
"Dulu, ada seorang gadis bernama Sari yang meninggal secara tragis di jalan itu. Katanya, dia masih sering muncul, mencari seseorang," jelas nenek.
Bayu merinding mendengar cerita itu. Ia baru menyadari bahwa ia telah bertemu dengan sesuatu yang tidak berasal dari dunia ini.
Sejak malam itu, Bayu tidak pernah lagi melewati jalan hutan sendirian. Kisahnya menjadi perbincangan warga, memperkuat legenda tentang arwah Sari yang masih bergentayangan mencari keadilan.
Keesokan harinya, Bayu mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang Sari. Ia bertanya kepada beberapa warga tua di desa dan menemukan fakta mengejutkan. Sari adalah seorang gadis muda yang pernah tinggal di desa mereka beberapa tahun lalu. Ia menghilang secara misterius setelah pergi ke pasar, dan tubuhnya baru ditemukan seminggu kemudian di hutan yang dilewati Bayu tadi malam.
"Saat ditemukan, tubuhnya sudah membusuk, dan matanya terbuka lebar seakan melihat sesuatu yang sangat menakutkan," cerita Pak Darma, salah satu tetua desa.
Bayu merasa semakin gelisah. Bagaimana mungkin arwah Sari masih bergentayangan? Apakah ada sesuatu yang belum terselesaikan?
Malam berikutnya, Bayu memutuskan untuk kembali ke jalan itu bersama sahabatnya, Andi. Mereka membawa senter dan kamera untuk merekam jika ada sesuatu yang muncul.
"Serius, Yu? Kita bakal nyari hantu?" tanya Andi dengan nada tidak yakin.
"Aku cuma mau tahu kebenarannya, Di. Kalau memang Sari butuh bantuan, kita harus melakukan sesuatu," jawab Bayu.
Mereka berjalan pelan di jalan setapak yang sama. Hujan sudah berhenti, tetapi kabut tipis masih menyelimuti hutan. Langkah mereka terdengar jelas di antara ranting-ranting yang patah.
Ketika sampai di tempat Bayu melihat Sari sebelumnya, angin tiba-tiba bertiup kencang. Senter Andi berkedip beberapa kali sebelum akhirnya mati total.
"Yu… aku nggak suka ini…" bisik Andi.
Tiba-tiba, terdengar suara tangisan pelan. Suara itu semakin lama semakin jelas. Dari balik pepohonan, muncul sosok wanita yang sama. Rambut panjangnya menutupi sebagian wajahnya, dan pakaiannya masih tampak basah.
"Kamu… pulang…?" suara itu bergema di udara.
Bayu mencoba tetap tenang. "Sari, kalau ini memang kamu, katakan apa yang kamu inginkan!" serunya.
Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya menatap mereka dengan mata kosong. Tiba-tiba, angin berhembus lebih kencang, dan sosok itu menghilang begitu saja. Namun, di tanah tempatnya berdiri, Bayu menemukan sesuatu—sebuah gelang emas yang sudah berkarat.
Setelah menyelidiki lebih lanjut, Bayu menemukan bahwa gelang itu adalah milik Sari. Ia menyerahkannya kepada keluarga Sari, yang masih tinggal di desa. Ibu Sari menangis ketika melihat gelang itu dan berterima kasih kepada Bayu.
Sejak malam itu, penampakan Sari tidak pernah lagi terlihat di jalan tersebut. Banyak yang percaya bahwa arwahnya akhirnya menemukan ketenangan setelah gelangnya dikembalikan kepada keluarganya.
Namun, Bayu masih sering teringat akan sosok itu. Ia yakin bahwa dunia ini masih menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan, dan pertemuannya dengan makhluk halus hanyalah salah satu dari sekian banyak kisah yang tersembunyi dalam gelapnya malam.
Posting Komentar