Rahasia di Balik Lukisan Horor
Rahasia di Balik Lukisan Horor
Angga tidak pernah percaya pada cerita-cerita mistis, apalagi yang berkaitan dengan benda mati seperti lukisan. Namun, semua itu berubah ketika ia menemukan sebuah lukisan tua di rumah peninggalan kakeknya di sebuah desa terpencil di Jawa Tengah.
"Ini lukisan siapa, Bu?" tanya Angga saat melihat lukisan seorang wanita bergaun putih dengan tatapan kosong. "Entahlah, Nak. Lukisan itu sudah ada sejak dulu. Kakekmu selalu bilang jangan menyentuhnya," jawab ibunya dengan nada khawatir.
Merasa penasaran, Angga memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang lukisan tersebut. Malam harinya, ia merasakan hawa dingin yang aneh di dalam rumah. Semakin lama ia menatap lukisan itu, semakin terasa ada yang tidak beres. Mata wanita dalam lukisan itu seakan mengikuti setiap gerak-geriknya.
Ketika tengah malam tiba, suara-suara aneh mulai terdengar. Seperti langkah kaki seseorang berjalan di lorong rumah, padahal semua penghuni rumah sudah tidur.
"Siapa di sana?" panggil Angga dengan suara bergetar.
Tidak ada jawaban. Namun, tiba-tiba terdengar suara tawa lirih yang membuat bulu kuduknya berdiri. Angga mencoba memberanikan diri untuk mendekati lukisan itu. Saat ia menyentuh bingkainya, lampu kamar mendadak padam.
Dalam kegelapan, bayangan samar muncul dari dalam lukisan. Sosok wanita di dalamnya perlahan bergerak, bibirnya menyeringai, dan matanya menatap Angga dengan penuh kebencian.
"Angga... pergi dari sini..." suara berbisik terdengar di telinganya.
Angga terperanjat. Ia menoleh ke arah suara itu, namun tidak melihat siapa pun di sekitarnya. Jantungnya berdegup kencang. Dengan panik, ia mencoba menyalakan kembali lampu, tetapi tidak berhasil.
Pada saat yang sama, lukisan itu mulai bergetar. Perlahan, dari dalamnya muncul tangan hitam yang merayap keluar.
"Astagfirullah!" Angga berteriak dan mundur ke belakang.
Tiba-tiba, ibunya datang sambil membawa senter. "Ada apa, Nak? Kenapa kamu berteriak?"
Angga menoleh ke arah lukisan. Anehnya, semuanya kembali normal. Tidak ada pergerakan, tidak ada tangan hitam. Hanya sebuah lukisan tua yang menggantung di dinding.
"Lukisan itu, Bu... tadi wanita di dalamnya bergerak!" kata Angga dengan napas tersengal.
Ibunya menghela napas panjang. "Sudah kubilang, jangan dekat-dekat dengan lukisan itu. Ada rahasia yang sebaiknya tidak kita ketahui."
Keesokan harinya, Angga menemui seorang tetua desa untuk mencari tahu sejarah lukisan tersebut. Dari penuturan sang tetua, lukisan itu ternyata menyimpan kisah tragis. Wanita dalam lukisan adalah seorang gadis bernama Sari, yang tewas mengenaskan karena fitnah warga. Arwahnya diyakini terperangkap dalam lukisan itu.
"Mereka bilang, siapa pun yang terlalu lama menatap lukisan itu akan diganggu oleh arwahnya," ujar sang tetua dengan suara pelan.
Merasa semakin takut, Angga memutuskan untuk menyingkirkan lukisan itu. Ia membawa lukisan ke luar rumah dan membakarnya. Namun, saat api mulai menjalar, terdengar suara jeritan memilukan dari dalamnya.
"Kau tidak akan bisa menghapusku!"
Angga menutup telinganya, tetapi suara itu semakin menggema di kepalanya. Hingga akhirnya, api melahap habis lukisan tersebut dan suara itu perlahan menghilang.
Sejak saat itu, gangguan di rumahnya berhenti. Namun, setiap kali melewati tempat di mana lukisan itu dulu tergantung, Angga masih bisa merasakan kehadiran yang tak kasat mata, seolah ada sesuatu yang masih mengawasinya dari kejauhan.
Namun, kisah ini tidak berakhir begitu saja. Beberapa hari kemudian, Angga bermimpi aneh. Dalam tidurnya, ia kembali melihat wanita dalam lukisan itu, tetapi kali ini lebih jelas. Wanita itu menangis, memohon sesuatu.
"Tolong aku... kebenaran harus terungkap..." katanya dengan suara lirih.
Keesokan harinya, Angga kembali ke rumah sang tetua untuk mencari tahu lebih lanjut. Ia ingin memastikan apakah arwah Sari benar-benar telah pergi atau ada sesuatu yang belum terselesaikan.
"Kakek, ada sesuatu yang masih mengganggu saya. Saya bermimpi tentang Sari. Dia seolah meminta tolong. Apa yang sebenarnya terjadi pada dia?" tanya Angga.
Sang tetua menarik napas dalam. "Sari bukan hanya korban fitnah. Dia difitnah oleh orang-orang yang ingin mengambil harta keluarganya. Setelah dia dibunuh, jasadnya tidak pernah ditemukan. Mungkin dia masih mencari keadilan."
Angga merasa ada sesuatu yang harus ia lakukan. Dengan petunjuk dari sang tetua, ia pergi ke sebuah area di belakang rumah tua milik keluarganya. Di sana, ia menemukan sebuah sumur tua yang telah lama tertutup oleh reruntuhan.
Dengan bantuan beberapa warga, sumur itu digali kembali. Betapa terkejutnya mereka saat menemukan sisa-sisa tulang manusia di dalamnya.
Pihak berwenang segera dipanggil, dan setelah penyelidikan lebih lanjut, terungkap bahwa tulang-tulang itu memang milik Sari. Setelah upacara pemakaman yang layak dilakukan, gangguan di rumah Angga benar-benar berhenti.
Namun, yang membuat Angga merinding adalah mimpi terakhirnya. Malam setelah pemakaman, ia kembali bermimpi bertemu Sari. Kali ini, wanita itu tersenyum padanya sebelum perlahan menghilang dalam cahaya.
"Terima kasih, Angga..."
Angga terbangun dengan air mata mengalir di pipinya. Ia tahu bahwa akhirnya, arwah Sari telah menemukan ketenangan.
Namun, satu pertanyaan masih menghantui pikirannya—apakah semua arwah yang terperangkap dalam benda-benda kuno benar-benar bisa pergi begitu saja? Atau masih ada rahasia lain yang menunggu untuk terungkap?
Posting Komentar