Rahasia di Hutan Alas Purwo, Banyuwangi

Table of Contents
Rahasia di Hutan Alas Purwo, Banyuwangi - Cerpen Horor Mania

Rahasia di Hutan Alas Purwo, Banyuwangi

Alas Purwo, hutan lebat di ujung timur Pulau Jawa, telah lama dikenal sebagai tempat paling angker di Indonesia. Konon, tempat ini adalah kerajaan makhluk gaib dan menjadi lokasi bertemunya para dukun sakti. Tidak sembarang orang berani masuk ke dalamnya, terutama setelah matahari terbenam.

Namun, Dika dan tiga temannya—Reno, Sari, dan Budi—memutuskan untuk menantang mitos itu. Mereka adalah mahasiswa yang tertarik dengan kisah mistis dan ingin membuktikan kebenaran tentang keangkeran Alas Purwo.

"Kita hanya perlu masuk sebentar, ambil beberapa foto, lalu keluar," kata Reno, mencoba meyakinkan yang lain.

"Aku tetap merasa ini ide buruk," Sari bergidik. "Banyak orang hilang di hutan ini tanpa jejak."

"Sudahlah, kita cuma sebentar. Kalau ada yang aneh, kita langsung keluar," balas Dika.

Mereka pun memasuki hutan dengan hati-hati. Pepohonan besar menjulang tinggi, menutupi sinar matahari yang mulai redup. Suasana semakin mencekam ketika suara burung hantu dan gesekan dedaunan tertiup angin mulai terdengar.

Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka menemukan sebuah bangunan tua yang hampir tertutup akar pohon.

"Ini pasti peninggalan zaman dulu," kata Budi, sambil mengambil foto.

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki di belakang mereka. Semua menoleh, tapi tak ada siapa-siapa.

"Kita harus pergi sekarang juga," bisik Sari ketakutan.

Saat mereka hendak berbalik, suara tawa lirih terdengar di antara pepohonan. Jantung mereka berdegup kencang.

"Siapa itu?!" teriak Dika.

Tidak ada jawaban. Namun, dari kejauhan, samar-samar terlihat sosok perempuan berpakaian putih dengan rambut panjang yang menjuntai. Ia tidak bergerak, hanya menatap mereka dari balik pohon.

"Astaga... itu kuntilanak!" seru Reno.

Tanpa berpikir panjang, mereka berlari sekencang mungkin. Tapi semakin mereka berlari, semakin dalam mereka masuk ke hutan.

"Aku tidak mengenali jalan ini!" Budi panik.

Langit semakin gelap. Suasana semakin mencekam ketika kabut tebal mulai menyelimuti mereka. Dari dalam kabut, terdengar suara berbisik.

"Kalian tidak seharusnya ada di sini..."

Dika merasakan tengkuknya merinding. Ketika ia menoleh, sosok tinggi dengan mata merah menyala berdiri di belakangnya. Sosok itu besar, berbulu, dan memiliki taring panjang. Genderuwo!

"Jangan menoleh! Tetap berjalan!" bisik Sari dengan suara gemetar.

Namun, Reno yang ketakutan tidak bisa menahan diri. Ia menoleh dan langsung berteriak. Seketika tubuhnya terlempar ke udara, lalu menghilang dalam kegelapan.

"RENOOO!" teriak mereka bersamaan.

Tanpa pilihan lain, mereka terus berlari. Napas mereka tersengal, kaki mereka terluka akibat akar pohon dan semak berduri. Mereka akhirnya menemukan sebuah pura tua dengan gerbang besar yang terbuka sedikit.

"Masuk!" seru Budi.

Mereka menerobos masuk dan menutup pintu gerbang. Keheningan menyelimuti mereka.

"Kita di mana?" tanya Sari sambil menangis.

"Sepertinya ini tempat pemujaan kuno," jawab Dika, mengamati ukiran di dinding.

Namun, sebelum mereka bisa bernapas lega, terdengar langkah berat mendekati gerbang. Makhluk itu masih mengejar mereka.

"Kita harus mencari jalan keluar dari tempat ini!" kata Budi.

Saat mereka mencari jalan keluar, mereka menemukan sebuah sumur tua di tengah pura.

"Dulu, orang-orang berkata bahwa sumur ini adalah gerbang ke dunia lain," kata Sari dengan suara bergetar.

"Mungkin ini satu-satunya cara," kata Dika.

Saat mereka bersiap untuk melompat ke dalam sumur, suara menggelegar menggema.

"Kalian tidak akan pergi dari sini!"

Tiba-tiba, Reno muncul dari kegelapan. Matanya hitam pekat, wajahnya pucat, dan senyum menyeramkan menghiasi bibirnya.

"Reno?" Budi melangkah mundur.

"Dia bukan Reno!" jerit Sari.

Reno melangkah maju, tubuhnya melayang beberapa sentimeter di atas tanah. Ia tertawa kecil sebelum tiba-tiba berlari ke arah mereka dengan kecepatan tak manusiawi.

Tanpa pikir panjang, mereka bertiga melompat ke dalam sumur.

Segalanya menjadi gelap.

Ketika Dika sadar, ia mendapati dirinya terbaring di tepi hutan, dengan Sari dan Budi di sampingnya. Tidak ada jejak Reno.

"Apa yang terjadi...?" tanya Budi.

Mereka bangkit dengan tubuh penuh luka. Tak ada jejak bangunan tua atau sumur yang mereka lihat tadi.

"Apakah kita bermimpi?" Sari berbisik.

Namun, saat mereka berbalik hendak pergi, terdengar suara familiar di antara pepohonan.

"Janji adalah janji..."

Suara Reno.

Sejak saat itu, tidak ada yang berani kembali ke Alas Purwo.

Beberapa tahun kemudian, seorang jurnalis bernama Arman mendengar kisah ini dan memutuskan untuk menyelidikinya. Ia mendatangi desa terdekat dan berbicara dengan para sesepuh. Mereka hanya menggelengkan kepala.

"Hutan itu bukan untuk manusia biasa," kata seorang kakek tua. "Mereka yang masuk tidak selalu kembali."

Namun, Arman tetap nekat. Dengan kamera dan alat perekam, ia memasuki Alas Purwo. Malam itu, ia tidak pernah kembali.

Keesokan harinya, hanya tas dan kameranya yang ditemukan di tepi hutan. Ketika rekaman terakhirnya diputar, terdengar suara berbisik.

"Janji adalah janji..."

Posting Komentar