Teror di Villa Pengkolan, Bali
Teror di Villa Pengkolan, Bali
Di sebuah desa terpencil di Bali, terdapat sebuah villa tua bernama Villa Pengkolan. Bangunan itu sudah lama ditinggalkan dan dikenal masyarakat sekitar sebagai tempat yang angker. Banyak kisah menyeramkan beredar tentang villa tersebut, tetapi tidak ada yang berani membuktikan kebenarannya.
Suatu hari, empat sahabat dari Jakarta—Andi, Siska, Rudi, dan Lila—memutuskan untuk menginap di villa tersebut. Mereka ingin merasakan sendiri pengalaman mistis yang diceritakan warga.
"Kita cuma semalam di sini. Jangan sampai takut duluan, ya," kata Andi sambil tertawa.
"Semoga nggak ada apa-apa. Aku sih udah ngerasa nggak enak dari awal," sahut Lila dengan suara pelan.
Begitu mereka masuk ke dalam, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Ruangan di dalam villa dipenuhi debu dan perabotan tua yang tertutup kain putih. Cahaya bulan yang masuk melalui jendela memberikan kesan menyeramkan.
"Astaga, lihat itu!" Rudi menunjuk ke sudut ruangan.
Mereka melihat sebuah lukisan tua yang menggambarkan seorang wanita berpakaian tradisional Bali dengan ekspresi wajah yang muram. Anehnya, mata wanita di lukisan itu seolah mengikuti pergerakan mereka.
"Lukisan ini bikin merinding, sumpah," ujar Siska sambil mundur perlahan.
Malam semakin larut. Mereka memutuskan untuk tidur di ruang tengah, tetapi rasa gelisah mulai menyelimuti mereka. Lila yang tidak bisa tidur tiba-tiba mendengar suara langkah kaki dari lantai atas.
"Kalian dengar nggak? Ada yang jalan di atas!" bisik Lila dengan wajah pucat.
Andi menggeleng. "Mungkin tikus. Udah, tidur aja."
Tapi suara itu semakin jelas, seolah ada seseorang yang berjalan bolak-balik. Tiba-tiba, suara ketukan keras terdengar dari pintu kamar di lantai atas.
"BRAK! BRAK! BRAK!"
Semua terdiam. Rudi yang penasaran memberanikan diri naik ke atas. Saat ia membuka pintu kamar yang diketuk, ruangan itu kosong. Namun, tiba-tiba ia merasakan napas dingin di tengkuknya.
"Pergi dari sini…" bisikan lirih terdengar di telinganya.
Rudi berlari turun dengan wajah ketakutan. "Ada sesuatu di atas! Kita harus keluar dari sini sekarang!"
Namun sebelum mereka bisa bereaksi, lampu tiba-tiba mati. Villa itu menjadi gelap gulita, hanya diterangi cahaya bulan dari jendela. Dari arah dapur, terdengar suara perempuan tertawa pelan, semakin lama semakin dekat.
"Hihihi…"
Siska menjerit ketakutan. Mereka bergegas keluar, tetapi pintu utama tidak bisa dibuka, seolah ada sesuatu yang menahannya.
"Kita terjebak!" Lila menangis ketakutan.
Andi mencoba menenangkan mereka, tetapi tiba-tiba bayangan hitam muncul di sudut ruangan. Bayangan itu perlahan berubah menjadi sosok perempuan dengan wajah pucat dan mata hitam kosong.
"Kalian tidak seharusnya datang ke sini…" sosok itu berbisik.
Mereka berlari ke arah jendela dan mencoba memecahkannya. Setelah beberapa kali pukulan keras, kaca jendela akhirnya pecah dan mereka berhasil keluar. Begitu mereka menginjak tanah luar villa, suara mengerikan itu menghilang, dan villa kembali sunyi.
Keesokan paginya, mereka menceritakan pengalaman mereka kepada warga setempat. Seorang tetua desa mengangguk sambil berujar, "Kalian beruntung masih hidup. Villa itu memang dihuni oleh arwah seorang wanita yang dulunya tinggal di sana, tetapi mengalami kematian tragis."
Setelah kejadian itu, Andi dan teman-temannya masih dihantui mimpi buruk. Dalam mimpi mereka, suara tawa perempuan itu terus menggema, bahkan saat mereka sudah kembali ke Jakarta. Mereka merasa masih ada sesuatu yang mengikuti mereka.
Beberapa bulan kemudian, mereka memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang sejarah villa itu. Mereka menemukan artikel lama tentang seorang wanita bernama Ratih yang tinggal di villa itu pada tahun 1980-an. Ratih adalah seorang penari Bali yang terkenal, tetapi suatu malam ia menghilang secara misterius. Penduduk desa percaya bahwa Ratih dibunuh oleh seseorang yang mencintainya tetapi ditolak cintanya.
Legenda mengatakan bahwa arwah Ratih tidak pernah pergi dari villa itu dan terus menghantui siapa pun yang masuk tanpa izin. Beberapa orang yang mencoba tinggal di sana melaporkan mengalami kejadian aneh, seperti mendengar suara gamelan di tengah malam atau melihat sosok wanita menari di halaman.
Rudi yang masih penasaran akhirnya mengajak seorang paranormal untuk menyelidiki villa tersebut. Mereka kembali ke tempat itu bersama tim spiritual. Saat ritual dilakukan, suasana menjadi semakin mencekam. Paranormal tersebut mengatakan bahwa arwah Ratih masih terperangkap di dalam villa karena dendam yang belum terselesaikan.
"Dia ingin mencari keadilan," kata paranormal itu dengan suara serius.
Selama ritual, tiba-tiba angin kencang bertiup dan suara gamelan terdengar samar-samar. Sosok Ratih muncul di hadapan mereka, wajahnya penuh kesedihan. Dengan suara lirih, ia berbisik, "Aku hanya ingin pulang…"
Paranormal itu melakukan upacara khusus untuk membebaskan arwah Ratih. Setelah upacara selesai, suasana villa mendadak menjadi tenang. Tidak ada lagi suara aneh atau bayangan menyeramkan.
Sejak saat itu, tidak ada lagi laporan kejadian mistis di Villa Pengkolan. Warga desa percaya bahwa arwah Ratih akhirnya telah menemukan ketenangan. Namun, beberapa orang masih takut mendekati tempat itu, takut jika arwah lain masih berdiam di sana.
Andi dan teman-temannya tidak akan pernah melupakan pengalaman mereka di Villa Pengkolan. Peristiwa itu mengajarkan mereka bahwa tidak semua tempat bisa didatangi sembarangan, terutama tempat yang memiliki sejarah kelam.
Namun, bagi para pencari pengalaman mistis, Villa Pengkolan tetap menjadi salah satu tempat yang penuh misteri di Bali. Meskipun arwah Ratih telah tenang, siapa yang tahu apakah ada sosok lain yang masih berdiam di sana, menunggu tamu berikutnya?
Posting Komentar