Teror Wewe Gombel: Penculik Anak
Teror Wewe Gombel, Penculik Anak
Di sebuah desa kecil di Jawa Tengah, penduduknya hidup dengan tenang. Namun, ketenangan itu berubah menjadi teror saat beberapa anak menghilang tanpa jejak. Kejadian ini membuat warga resah. Mereka mulai percaya bahwa makhluk gaib bernama Wewe Gombel telah kembali menculik anak-anak.
Awal Kejadian
Pada suatu malam, Rani, seorang gadis kecil berusia tujuh tahun, bermain di halaman rumahnya. Ibunya, Bu Sari, sedang sibuk di dapur.
"Rani, jangan terlalu jauh mainnya!" seru Bu Sari.
"Iya, Bu!" jawab Rani sambil tertawa kecil.
Namun, beberapa menit kemudian, suasana menjadi sunyi. Saat Bu Sari keluar untuk memanggil putrinya, Rani sudah tidak ada.
"Rani! Rani!" panggilnya panik.
Tak ada jawaban. Yang tersisa hanyalah boneka kecil Rani yang tergeletak di tanah.
Panik di Desa
Berita hilangnya Rani menyebar dengan cepat. Para warga berkumpul di rumah Bu Sari, berusaha membantu mencari anak itu.
"Ini pasti ulah Wewe Gombel!" ujar Pak Karta, seorang tetua desa.
"Wewe Gombel? Bukankah itu hanya cerita lama?" tanya seorang pemuda.
Pak Karta menggeleng. "Dulu, sudah banyak kejadian seperti ini. Anak-anak hilang tanpa jejak, lalu ditemukan di tempat yang aneh, lemah, dan linglung."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Bu Sari dengan wajah penuh kecemasan.
"Kita harus melakukan ritual pencarian sebelum terlambat," jawab Pak Karta tegas.
Perjalanan ke Hutan Terlarang
Beberapa warga laki-laki membawa obor dan perlengkapan seadanya. Mereka menuju hutan di pinggiran desa, tempat yang dipercaya sebagai sarang Wewe Gombel.
"Hati-hati, jangan menyebut nama kalian terlalu sering," bisik Pak Karta.
Mereka berjalan dengan hati-hati. Suasana hutan begitu sunyi, hanya terdengar suara jangkrik dan desiran angin di antara pepohonan.
"Lihat itu!" bisik seorang warga sambil menunjuk ke sebuah pohon besar.
Di antara cabang-cabangnya, terlihat bayangan samar seorang wanita dengan rambut panjang yang menjuntai, matanya menyala dalam gelap.
Penampakan Wewe Gombel
"Siapa kalian yang berani mengganggu tempatku?" suara serak dan menyeramkan menggema.
Semua warga terpaku. Sosok itu turun perlahan dari pohon, menunjukkan wujud aslinya. Wewe Gombel adalah perempuan tua dengan tubuh kurus, matanya besar dan tajam, serta senyum menyeramkan.
"Kami hanya ingin mengambil anak-anak yang kau culik!" teriak Pak Karta.
Wewe Gombel tertawa. "Mereka bersamaku karena merasa dicintai! Kalian para orang tua selalu membiarkan mereka merasa kesepian dan takut!"
Di belakangnya, samar-samar terlihat beberapa anak kecil, termasuk Rani, berdiri dengan tatapan kosong.
Penyelamatan Rani
Pak Karta kemudian merogoh kantongnya dan mengeluarkan sesaji yang sudah disiapkan. "Kami minta maaf jika ada anak-anak yang tidak diperlakukan dengan baik. Tolong kembalikan mereka!"
Wewe Gombel menatap sesaji itu dengan ragu. "Jika kalian benar-benar mencintai mereka, buktikan!"
Bu Sari maju ke depan, air matanya mengalir deras. "Rani, ibu sangat menyayangimu! Pulanglah, Nak!"
Rani yang sebelumnya terlihat linglung mulai berkedip, kesadarannya perlahan kembali.
"Ibu?" bisiknya pelan.
Wewe Gombel menggeram kesal. "Baiklah! Aku akan mengembalikan mereka! Tapi ingat, jika kalian tidak menyayangi mereka, aku akan kembali!"
Dalam sekejap, angin kencang berhembus, dan Wewe Gombel menghilang dalam kabut. Anak-anak yang hilang pun kembali ke pelukan orang tua mereka.
Kejadian Aneh Setelahnya
Meski anak-anak telah kembali, beberapa dari mereka mengalami perubahan aneh. Rani sering terbangun di tengah malam, menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong.
"Bu, dia masih di luar sana..." bisiknya suatu malam.
Bu Sari merinding. Ia segera menutup jendela dan memeluk putrinya erat-erat.
Di tempat lain, seorang anak laki-laki bernama Damar mulai berbicara sendiri seolah sedang berbincang dengan seseorang yang tak terlihat.
"Dia bilang akan kembali..." katanya pelan.
Penduduk Menjaga Diri
Setelah kejadian itu, warga desa sepakat untuk lebih menjaga anak-anak mereka. Mereka mengadakan doa bersama dan menanam jimat pelindung di sekitar rumah.
Pak Karta pun memperingatkan, "Wewe Gombel tidak akan pergi sepenuhnya. Dia akan terus mengintai anak-anak yang merasa kesepian dan terabaikan."
Kini, setiap malam, suara-suara aneh masih terdengar dari hutan. Beberapa warga mengaku pernah melihat sosok tinggi berambut panjang mengintai dari balik pepohonan.
Kesimpulan
Teror Wewe Gombel memang telah mereda, namun legenda itu tetap hidup. Apakah makhluk ini nyata, atau hanya bagian dari cerita lama yang diturunkan dari generasi ke generasi?
Yang pasti, kasih sayang orang tua adalah benteng terbaik bagi anak-anak dari ancaman yang tak terlihat.
Apakah Wewe Gombel benar-benar pergi? Atau dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk kembali?
Hanya waktu yang bisa menjawab...
Posting Komentar