Wajah di Balik Jendela: Kisah Mengerikan

Table of Contents
Wajah di Balik Jendela, Kisah Mengerikan - Cerita Horor Mania

Wajah di Balik Jendela: Kisah Mengerikan

Malam itu, angin berhembus kencang di desa kecil di Jawa Tengah. Langit gelap tanpa bintang, dan hanya suara jangkrik serta derit dedaunan yang menemani kesunyian. Dinda baru saja pulang dari rumah temannya, melewati jalan setapak yang hanya diterangi cahaya rembulan samar.

Setibanya di rumah, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Rumah panggung milik keluarganya terlihat lebih gelap dari biasanya. Dengan sedikit ragu, ia membuka pintu dan melangkah masuk.

"Bu? Pak? Aku pulang," serunya, namun tak ada jawaban.

Biasanya, ibunya akan menunggu di ruang tengah. Malam ini, rumah terasa kosong. Ia menyalakan lampu, meletakkan tas, dan berjalan ke kamar. Ketika hendak menutup jendela, matanya menangkap sesuatu di luar.

Sebuah wajah.

Wajah pucat dengan mata hitam pekat menatapnya dari balik jendela. Dinda menjerit dan mundur ke belakang.

"Siapa di sana?!" teriaknya.

Tidak ada jawaban. Ketika ia kembali melihat jendela, wajah itu sudah menghilang.

Napasnya memburu. Ia buru-buru menutup dan mengunci jendela, lalu berlari ke ruang tengah.

Saat itulah ia mendengar suara langkah kaki dari lantai atas.

"Pak? Bu?" panggilnya lagi.

Tak ada jawaban. Dengan hati-hati, ia menaiki tangga. Setiap langkah terasa berat, dan udara semakin dingin. Di ujung lorong, pintu kamar orang tuanya terbuka sedikit.

Perlahan, Dinda mendorong pintu. Ruangan gelap, hanya diterangi sinar bulan yang masuk melalui jendela.

Lalu, ia melihatnya lagi.

Wajah itu, kini berada di dalam kamar, menatapnya dengan ekspresi kosong.

Dinda ingin berteriak, tetapi tubuhnya membeku. Wajah itu semakin mendekat, dan sesuatu yang dingin menyentuh lengannya.

"Dinda..." suara lirih berbisik di telinganya.

Matanya terbelalak. Ia berlari keluar kamar dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Saat tiba di ruang tamu, ia mendengar suara ketukan di jendela.

Ia menoleh, dan wajah itu ada di sana lagi.

Dinda menjerit dan pingsan.

Ketika ia tersadar, suasana rumah masih sunyi. Dinda mencoba bangkit, namun kepalanya terasa pusing. Ia menatap sekeliling dan melihat pintu rumah terbuka sedikit. Dengan gemetar, ia meraihnya dan menutup pintu rapat-rapat.

Ponselnya bergetar di meja. Dengan tangan gemetar, ia meraihnya dan melihat nama ibunya muncul di layar.

"Bu! Di mana? Aku ketakutan!" serunya panik.

Suara ibunya terdengar lemah. "Dinda... kami masih di rumah Pakde, belum pulang. Kamu baik-baik saja?"

Jantung Dinda hampir berhenti berdetak. "Jadi… di rumah ini tidak ada siapa-siapa?"

Sunyi. Lalu suara nafas berat terdengar di belakangnya.

Dinda membeku. Perlahan, ia menoleh ke arah jendela. Di balik kaca, wajah itu kembali muncul. Namun kali ini, lebih jelas. Sosoknya lebih nyata, dengan kulit pucat membiru, mata hitam tanpa bola mata, dan mulut yang menganga seakan ingin berbicara.

"Pergi... dari... sini..." suara itu terdengar serak.

Dinda menjerit dan berlari ke luar rumah tanpa membawa apa-apa. Ia terus berlari melewati jalan setapak, menuju rumah tetangganya, Pak Karman.

Ketika ia tiba dan mengetuk pintu dengan panik, Pak Karman keluar dengan wajah heran. "Dinda? Ada apa malam-malam begini?"

"Pak... ada sesuatu di rumah saya!"

Pak Karman menatapnya dengan serius. "Masuk dulu. Ceritakan semuanya."

Dinda duduk di ruang tamu, mencoba mengatur napas. Dengan suara bergetar, ia menceritakan semua yang terjadi.

Pak Karman menghela napas. "Kamu harus tahu sesuatu. Dulu, sebelum rumah itu dibangun, ada seorang perempuan yang tinggal di tanah itu. Ia ditemukan tewas mengenaskan di kamarnya. Konon, ia sering terlihat di jendela rumahnya sebelum menghilang secara misterius."

Dinda menggigil ketakutan. "Jadi... wajah yang kulihat itu..."

Pak Karman mengangguk. "Mungkin arwahnya masih gentayangan di sana."

Esok paginya, Dinda menolak kembali ke rumah sendirian. Ia meminta bantuan Pak Karman dan beberapa warga untuk memeriksa rumahnya.

Ketika mereka tiba, suasana rumah terasa lebih dingin dari biasanya. Beberapa pria mulai mencari ke seluruh sudut rumah. Tak lama kemudian, salah seorang warga berteriak.

"Pak Karman! Lihat ini!"

Mereka semua bergegas ke kamar orang tua Dinda. Di lantai, tepat di bawah jendela, ada jejak kaki basah yang mengarah ke luar. Namun, yang membuat bulu kuduk merinding adalah tulisan samar di kaca jendela.

"Aku masih di sini."

Dinda merasa tubuhnya melemah. Ia tak ingin tinggal di rumah itu lagi.

Sejak malam itu, ia dan keluarganya pindah ke rumah lain. Namun, meski rumah itu kini kosong, beberapa warga sering melaporkan bahwa mereka masih melihat wajah pucat itu di balik jendela setiap malam.

Dan hingga kini, tak ada yang berani mendekat setelah matahari terbenam.

Posting Komentar