Jeritan dari Dalam Tanah: Kisah Kuburan

Table of Contents
Jeritan dari Dalam Tanah, Kisah Kuburan - Cerpen Horor Mania

Jeritan dari Dalam Tanah: Kisah Kuburan

Di sebuah desa kecil di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, terdapat sebuah kuburan tua yang dikenal dengan nama Kuburan Sendang Setan. Penduduk setempat selalu menghindari lokasi itu setelah matahari terbenam. Konon, mereka sering mendengar suara jeritan dari dalam tanah, seolah ada seseorang yang meminta pertolongan.

Suatu sore, Ardi, seorang pemuda pendatang, mendengar cerita itu dari warga. "Ah, cuma cerita buat nakut-nakutin," kata Ardi sambil tertawa kecil kepada Pak Karto, penjaga makam setempat.

Pak Karto hanya menggeleng pelan. "Mas Ardi, kuburan itu bukan tempat main-main. Banyak yang berani coba-coba, tapi akhirnya ketakutan sendiri."

Ardi, yang merasa dirinya pemberani, justru makin tertantang. Ia mengajak dua temannya, Riko dan Dani, untuk membuktikan bahwa cerita itu hanya mitos. Mereka sepakat mengunjungi Kuburan Sendang Setan malam itu.

Langit malam itu mendung. Bulan sesekali bersembunyi di balik awan, membuat suasana semakin kelam. Ardi membawa senter, sementara Riko dan Dani membawa kamera untuk merekam pengalaman mereka.

"Ayo kita buktikan! Nanti kita upload ke media sosial, bisa viral nih," kata Riko bersemangat.

Saat mereka sampai di kuburan, suasana langsung berubah mencekam. Angin berhembus dingin, membuat pohon-pohon tua bergoyang perlahan, seolah berbisik.

"Hening banget di sini ya," bisik Dani, suaranya sedikit gemetar.

Belum lama mereka berkeliling, tiba-tiba terdengar suara lirih dari arah sebuah makam tua. "Tolong... tolong aku..."

Riko spontan menghentikan langkah. "Kalian denger nggak?"

"Aku denger," jawab Dani cepat, matanya membelalak ketakutan.

Ardi berusaha tetap tenang. "Pasti suara angin," katanya, walau suaranya sendiri terdengar ragu.

Namun suara itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas. Seperti suara perempuan, memohon pertolongan dari dalam tanah.

"Tolong... keluarkan aku..."

Tanpa sadar, Riko mengarahkan kameranya ke makam itu. Dalam layar kameranya, samar-samar muncul sosok bayangan putih yang melayang di atas nisan. Rambutnya panjang menutupi wajah, pakaiannya compang-camping.

"Ardi... lihat ini!" Riko menunjuk layar kameranya dengan tangan gemetar.

Baru saja Ardi mendekat, tiba-tiba tanah di depan mereka bergoyang. Seolah ada sesuatu yang berusaha keluar dari dalam makam.

"Lari!" teriak Dani.

Mereka bertiga berlari secepat mungkin, meninggalkan kuburan itu tanpa menoleh ke belakang. Namun jeritan itu terus terdengar, mengikut hingga ke telinga mereka meski sudah jauh dari lokasi.

Setibanya di rumah kontrakan, mereka mencoba menenangkan diri. Tapi malam itu, gangguan tak berhenti. Ardi bermimpi buruk melihat sosok perempuan itu menarik-narik kakinya dari dalam tanah. Riko mendengar ketukan keras di jendela kamarnya, padahal ia tinggal di lantai dua. Dani menemukan bekas tanah basah di lantai kamarnya, seolah ada yang baru saja keluar dari kubur.

Tak tahan dengan teror itu, keesokan harinya mereka kembali menemui Pak Karto untuk meminta bantuan.

"Kalian sudah membangunkan dia," kata Pak Karto dengan wajah serius. "Dulu, perempuan itu korban pembunuhan yang dikubur hidup-hidup di sana. Arwahnya tidak tenang."

"Terus... kita harus gimana, Pak?" tanya Ardi dengan suara bergetar.

Pak Karto menyarankan mereka melakukan ritual permintaan maaf dan membacakan doa di makam tersebut. Dengan panduan Pak Karto, malam itu juga mereka kembali ke Kuburan Sendang Setan, kali ini dengan hati penuh ketakutan dan rasa bersalah.

Setibanya di sana, Pak Karto memimpin doa. Mereka membawa bunga melati, air suci, dan lilin putih. Sambil berdoa, mereka meminta maaf atas tindakan ceroboh mereka.

Tiba-tiba, angin bertiup kencang. Suara jeritan itu terdengar lagi, namun kali ini perlahan berubah menjadi isak tangis, lalu menghilang bersama angin.

Pak Karto menghela napas lega. "Dia sudah mendengar permintaan maaf kalian," katanya.

Namun, meskipun gangguan itu berhenti, perasaan tidak tenang masih menghinggapi mereka. Seolah ada sesuatu yang belum selesai. Malam itu mereka pulang dengan pikiran penuh pertanyaan, apakah ritual yang mereka lakukan benar-benar cukup untuk menenangkan arwah perempuan itu?

Hari-hari berikutnya, mereka berusaha melanjutkan kehidupan seperti biasa, tapi sesuatu terasa berbeda. Ardi sering merasa seolah dia diawasi. Riko, yang sebelumnya begitu berani, kini menjadi lebih cemas. Dani bahkan tak berani tidur sendirian. Mereka merasa ada yang masih mengikutinya dari kejadian malam itu.

Saat malam menjelang, mereka memutuskan untuk berbicara lagi dengan Pak Karto. Kali ini mereka membawa pertanyaan yang lebih mendalam.

"Pak, kami merasa sepertinya arwah itu belum tenang sepenuhnya. Ada sesuatu yang terasa masih mengganggu kami," kata Ardi dengan suara serius.

Pak Karto menatap mereka lama. "Kadang, tidak semua arwah bisa langsung tenang, meski sudah diupacarakan. Mungkin ada sesuatu yang belum kalian lakukan dengan benar." Pak Karto berhenti sejenak, kemudian melanjutkan, "Kalian harus mencari tahu lebih banyak tentang perempuan itu. Mungkin ada sesuatu yang masih tertinggal, yang membuat arwahnya tidak bisa beristirahat."

Dengan petunjuk itu, mereka mulai mencari tahu lebih banyak tentang perempuan yang dikubur di Kuburan Sendang Setan. Setelah melakukan penyelidikan, mereka menemukan bahwa perempuan itu bernama Siti, seorang wanita muda yang dibunuh oleh kekasihnya. Ia dikubur hidup-hidup di tempat itu, di saat ia sedang hamil tua. Kisahnya sangat tragis, dan banyak warga desa yang tidak tahu persis alasan dibalik pembunuhan tersebut.

Merasa tersentuh oleh kisah ini, mereka memutuskan untuk mengunjungi keluarga Siti. Mereka bertemu dengan ibu Siti yang sudah tua renta. Ketika mereka menceritakan apa yang terjadi di kuburan, ibu Siti menangis. "Aku tahu arwah anakku belum tenang," katanya sambil menangis. "Mereka yang membunuhnya tidak mendapat hukuman yang pantas. Kami tak pernah bisa memberikan pemakaman yang layak untuknya."

Rasa bersalah menguasai hati mereka. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membantu keluarga Siti membuat makam yang lebih layak dan memberikan perayaan doa agar arwahnya dapat menerima ketenangan. Dengan bantuan penduduk setempat, mereka membangun makam baru untuk Siti di samping kuburan Sendang Setan. Mereka juga mengundang seorang Ustad untuk memimpin upacara pemakaman yang lebih pantas.

Setelah upacara itu selesai, suasana di Kuburan Sendang Setan terasa lebih tenang. Jeritan yang dulu mengisi malam-malam mereka, akhirnya menghilang. Ardi, Riko, dan Dani merasa lega. Mereka tahu, walaupun mereka sempat mengganggu, mereka akhirnya bisa memberikan sedikit kedamaian untuk arwah yang telah lama menderita.

Namun, meski sudah selesai, mereka tetap tidak bisa melupakan kejadian tersebut. Kuburan Sendang Setan tetap menjadi tempat yang dihormati, dan setiap tahun, warga desa mengadakan upacara untuk mengenang peristiwa tragis itu. Arwah Siti kini bisa beristirahat dengan tenang, dan cerita tentang jeritan dari dalam tanah tetap menjadi legenda di desa itu. Bagi mereka yang datang, ada pelajaran besar: tidak semua tempat adalah tempat yang bisa dianggap remeh, karena beberapa tempat menyimpan kenangan yang sangat kelam.

Posting Komentar