Rahasia: Chatting dengan Roh

Table of Contents
Rahasia, Chatting dengan Roh - Cerpen Horor Mania

Rahasia: Chatting dengan Roh

Malam itu, Dita tengah duduk di depan laptopnya, menatap layar dengan mata yang hampir lelah. Ia baru saja menemukan sebuah aplikasi misterius di forum internet bernama "SpiritChat" yang diklaim bisa menghubungkan pengguna dengan roh di sekitar mereka.

"Aplikasi ini aneh banget, tapi menarik," gumam Dita sambil mengklik tombol unduh.

Tak butuh waktu lama, aplikasi itu terinstal. Begitu dibuka, hanya ada satu kolom teks dengan instruksi: "Ketik nama seseorang yang telah meninggal, dan mereka akan membalas."

Dita merinding. Ia mengingat sahabat masa kecilnya, Rani, yang meninggal dalam kecelakaan tragis lima tahun lalu. Dengan jari gemetar, ia mengetik nama: Rani.

Tak lama kemudian, layar berkedip, dan sebuah pesan muncul:

Rani: Dita? Kamu di sana?

Jantungnya berdegup kencang. Ini tidak mungkin. Bagaimana mungkin aplikasi ini bisa berfungsi?

Dita: Rani? Ini beneran kamu?

Rani: Aku selalu di sini, Dit. Aku rindu kamu.

Tiba-tiba, angin dingin berhembus di dalam kamar Dita. Ia menoleh ke jendela, namun semuanya tertutup rapat. Merasa cemas tapi juga penasaran, ia kembali mengetik.

Dita: Di mana kamu sekarang?

Rani: Dekat. Sangat dekat.

Dita menelan ludah. Tangannya mulai gemetar saat ia merasa ada sesuatu yang mengawasinya. Ia menoleh ke belakang, tapi tak ada siapa-siapa.

Dita: Kamu butuh sesuatu?

Rani: Aku ingin pulang...

Perlahan, lampu kamar Dita berkedip-kedip, dan layar laptopnya mulai menampilkan garis-garis statis. Jantungnya hampir copot ketika tiba-tiba muncul notifikasi baru.

Rani ingin melakukan panggilan video. Terima? [Ya] [Tidak]

Dita membeku. Apa yang akan terjadi jika ia menerimanya? Dengan napas berat, ia menggerakkan kursornya ke tombol "Ya" dan mengklik.

Layar laptopnya menjadi gelap sejenak, lalu perlahan-lahan menampilkan video buram. Sosok dengan rambut panjang dan wajah pucat muncul di layar.

"Dita..." suara serak itu terdengar, membuat bulu kuduknya berdiri.

Dengan suara bergetar, Dita berbisik, "Rani... itu kamu?"

Sosok itu tersenyum samar, tetapi sesuatu terasa aneh. Matanya kosong, dan di belakangnya terlihat bayangan lain yang lebih besar.

"Aku... tidak sendiri," kata Rani.

Ketika Dita mencoba menutup laptopnya, layar berubah menjadi hitam dan suara ketukan terdengar dari dalam layar. Ketukan itu semakin keras, seolah-olah sesuatu berusaha keluar.

Panik, Dita mencabut kabel listrik laptopnya, tetapi layar tetap menyala. Sosok di dalam layar semakin mendekat, dan tiba-tiba, wajah Rani berubah menjadi mengerikan—kulitnya membusuk, matanya menghitam, dan mulutnya menganga lebar.

Sebuah suara menggelegar keluar dari laptop.

"Kau memanggilku, sekarang aku datang..."

Dita menjerit ketakutan, terjatuh dari kursinya. Lampu kamar padam seketika, dan ia bisa merasakan sesuatu berdiri di belakangnya.

Ketika ia menoleh dengan tubuh gemetar, tak ada apa-apa. Tapi saat ia kembali melihat ke layar laptopnya, satu pesan terakhir muncul.

Rani: Aku sudah di sini... buka pintunya.

Dan tepat saat itu, terdengar ketukan pelan di pintu kamarnya.

Dita mematung, tidak berani bergerak. Ketukan itu semakin keras dan terdengar suara bisikan di balik pintu. "Dita... tolong aku..."

Dengan gemetar, Dita meraih ponselnya dan menghubungi sahabatnya, Arman.

"Arman, tolong datang ke rumahku sekarang!"

Arman yang mendengar suara ketakutan Dita langsung bergegas datang. Ketika ia tiba, pintu kamar Dita masih tertutup. Ia mengetuknya.

"Dita, buka! Ini aku!"

Dita dengan ragu membuka pintu, tetapi saat itu juga, laptopnya menyala kembali dengan sendirinya. Di layar muncul sosok Rani, kali ini menatap langsung ke arah mereka.

"Kalian tak bisa lari..."

Tiba-tiba, listrik di seluruh rumah padam. Arman dan Dita berpegangan tangan, mencoba tetap tenang. Dari dalam layar, Rani mulai mengulurkan tangannya, seolah-olah ingin keluar dari laptop.

Arman segera meraih kabel laptop dan mencabutnya paksa. Namun, layar tetap menyala dan semakin terang. Sebuah bayangan hitam melompat keluar, memenuhi ruangan.

Angin berhembus kencang, dan suara tawa menggema di seluruh rumah.

"Kalian sudah membangunkanku... kini aku bebas..."

Dita menjerit sementara Arman menariknya keluar dari kamar. Mereka berlari ke luar rumah, napas tersengal. Saat mereka menoleh ke jendela kamar, mereka melihat sosok Rani berdiri di dalam, tersenyum dengan mata kosong.

Setelah kejadian itu, Dita membuang laptopnya dan pindah ke rumah Arman untuk sementara. Namun, gangguan aneh masih terus menghantuinya.

Setiap malam, ponselnya akan menyala sendiri, menampilkan notifikasi dari aplikasi "SpiritChat" yang seharusnya sudah terhapus.

Rani: Aku masih di sini, Dit... kita belum selesai.

Posting Komentar