Kekuatan Gaib: Anugerah atau Kutukan?

Table of Contents
Kekuatan Gaib, Anugerah atau Kutukan - Cerpen Horor Mania

Kekuatan Gaib: Anugerah atau Kutukan? Cerita Horor di Pedalaman Jawa Tengah

Misteri Keturunan Mbah Wiryo

Di sebuah desa terpencil di lereng Gunung Merbabu, tinggal seorang pemuda bernama Arman. Ia adalah cucu dari Mbah Wiryo, seorang dukun legendaris yang dikenal memiliki kekuatan gaib luar biasa. Konon katanya, Mbah Wiryo mampu memanggil makhluk halus, menyembuhkan penyakit, hingga meramal kematian. Namun, semua kekuatan itu harus dibayar dengan tumbal—nyawa manusia.

Setelah Mbah Wiryo meninggal secara misterius di dalam kamar bambunya, kekuatan itu diwariskan pada Arman. Namun, Arman adalah pemuda biasa. Ia tidak pernah ingin memiliki kekuatan gaib, apalagi terlibat dengan dunia makhluk halus. Tapi malam itu, semuanya berubah.

Kejadian Aneh di Malam Jumat Kliwon

Pada malam Jumat Kliwon, ketika kabut turun lebih pekat dari biasanya dan suara burung hantu terdengar begitu nyaring, Arman mendengar suara ketukan dari dalam kamar mendiang kakeknya. Ruangan itu sudah lama dikunci dan tidak pernah dibuka sejak pemakaman Mbah Wiryo.

"Tok… tok… tok…," suara ketukan terdengar pelan namun berirama.

Arman menelan ludah. "Siapa di dalam?" tanyanya dengan suara bergetar.

Tidak ada jawaban. Tapi ketukan itu semakin keras. Dengan tangan gemetar, ia mengambil kunci tua dari laci lemari dan membuka pintu kamar yang sudah dipenuhi debu.

Begitu pintu terbuka, angin dingin menyapu wajahnya, dan di pojok ruangan, ia melihat bayangan hitam berdiri menghadap tembok. Bayangan itu perlahan menoleh. Wajahnya menyerupai Mbah Wiryo, tapi dengan mata hitam pekat dan darah menetes dari mulutnya.

"Warisan ini… untukmu, Man…" bisiknya dengan suara serak.

Warisan Tak Diinginkan

Sejak malam itu, hidup Arman berubah. Ia bisa mendengar bisikan orang mati, melihat makhluk yang tidak kasat mata, bahkan menyembuhkan orang sakit hanya dengan sentuhan. Awalnya, warga desa datang dan meminta pertolongan. Nama Arman pun cepat terkenal sebagai "dukun muda keturunan Mbah Wiryo".

Namun semua itu datang dengan harga. Arman mulai kehilangan tidur. Setiap malam, makhluk-makhluk tak dikenal berdatangan ke rumahnya. Ada yang datang meminta pertolongan, ada pula yang hanya menatap dengan mata merah membara.

Suatu malam, ibunya menemukan Arman duduk di halaman rumah, mata terbuka lebar, mulutnya menggumamkan mantra dalam bahasa yang tidak dikenalnya.

"Man! Nak! Kamu kenapa?" Ibunya berteriak panik.

Tapi Arman hanya membalas dengan suara bukan miliknya. "Jangan ganggu! Dia sedang bersama kami…"

Bisikan dari Dunia Lain

Dalam keadaan sadar setengah tidak, Arman sering bermimpi didatangi sosok berjubah hitam. Sosok itu menyuruhnya memberikan tumbal agar kekuatan tidak hilang. Ia menolak, tapi semakin lama, kekuatannya mulai menyakiti dirinya sendiri. Tubuhnya penuh luka tanpa sebab. Rambutnya rontok, matanya menghitam.

Arman pergi ke seorang kiai di desa tetangga untuk meminta bantuan. Kiai Hasan adalah tokoh yang sangat disegani karena kemampuannya menundukkan kekuatan hitam.

"Ini bukan sekadar warisan. Ini perjanjian leluhur. Jika tidak diputus, kamu akan menjadi seperti kakekmu. Kuat, tapi gila," jelas Kiai Hasan sambil menatap mata Arman.

"Bagaimana caranya, Kiai?" tanya Arman.

"Kamu harus kembali ke makam Mbah Wiryo dan bakar benda pusaka yang disimpan di bawah nisan. Tapi ingat, banyak makhluk akan menghalangimu."

Perjalanan ke Makam Terlarang

Malam itu juga, ditemani Kiai Hasan dan beberapa warga, Arman berjalan ke arah makam tua di pinggir hutan. Angin malam terasa menusuk tulang. Pepohonan berderak seperti berbisik.

Saat mereka sampai di makam, suasana berubah drastis. Udara menjadi berat, kabut menutupi bulan, dan suara-suara aneh terdengar dari semak-semak.

Tiba-tiba, salah satu warga menjerit. "Astaghfirullah! Ada yang menarik kaki saya!"

Sesosok makhluk tinggi, berambut panjang dengan wajah rusak, muncul dari balik pohon dan melompat ke tengah lingkaran mereka.

Kiai Hasan langsung membacakan doa-doa dengan suara lantang. Makhluk itu meraung dan tubuhnya terbakar perlahan, lalu menghilang seperti asap.

Setelah menggali nisan, mereka menemukan sebuah kotak kayu tua. Di dalamnya ada keris dengan ukiran aneh dan kain kafan yang sudah menghitam.

"Bakar semuanya sekarang juga!" perintah Kiai Hasan.

Begitu api membakar pusaka itu, terdengar jeritan mengerikan dari langit. Awan bergulung, angin berputar kencang. Arman pingsan di tempat.

Akhir dari Kutukan

Keesokan paginya, Arman terbangun di rumahnya. Tubuhnya terasa ringan, dan untuk pertama kali dalam berbulan-bulan, ia merasa damai. Tidak ada lagi bisikan, tidak ada bayangan hitam, dan tidak ada makhluk aneh yang mengikutinya.

Desa kembali tenang. Warga bersyukur karena kutukan Mbah Wiryo telah diputus. Tapi mereka tidak pernah lupa, bahwa kekuatan gaib bukan sekadar anugerah. Ia bisa menjadi kutukan jika diwariskan tanpa izin dan digunakan tanpa batas.

Arman kini hidup sederhana, menjauhi dunia gaib dan memilih menjadi petani. Tapi di malam-malam tertentu, ia masih bermimpi berdiri di depan makam kakeknya, dengan sosok berjubah hitam yang tersenyum dari balik kabut.

"Kekuatan itu tak pernah benar-benar hilang… hanya menunggu waktu untuk kembali."

Posting Komentar