Makam yang Terbengkalai: Kisah Horor

Daftar Isi
Makam yang Terbengkalai Kisah Horor - Cerpen Horor Mania

Misteri Kuntilanak di Hutan Jati Blora

Blora, sebuah kota kecil di Jawa Tengah, menyimpan sejuta misteri. Salah satunya adalah kisah mengerikan yang terjadi di hutan jati tua yang membentang di pinggiran kota. Warga sekitar mengenal tempat itu sebagai "Alas Peteng", hutan yang diyakini angker sejak zaman Belanda. Konon, banyak orang hilang di sana tanpa jejak.

Cerita ini berasal dari seorang pemuda bernama Rendi, yang nekat masuk ke hutan jati itu pada malam hari. Ia dan dua temannya, Dito dan Bima, ingin membuktikan bahwa cerita kuntilanak di sana hanyalah mitos belaka.

"Serius lu mau masuk ke sana, Ren?" tanya Bima dengan wajah cemas. "Orang-orang bilang itu hutan keramat, bro."

"Ah, cuma mitos! Kita cuma mau motret-motret doang kok. Nih, aku bawa kamera DSLR. Kalau ada yang aneh, justru bagus buat konten," jawab Rendi sambil tersenyum penuh percaya diri.

Malam itu, mereka bertiga masuk ke dalam hutan dengan senter dan peralatan kamera. Awalnya semuanya berjalan lancar. Mereka menemukan beberapa spot menarik untuk difoto, termasuk pohon jati tua yang tampak menyeramkan karena bentuknya yang meliuk aneh.

Namun, semuanya berubah ketika waktu menunjukkan pukul 11 malam. Angin tiba-tiba berhenti berembus. Udara terasa sangat hening, bahkan suara jangkrik pun menghilang.

"Kalian ngerasa aneh nggak sih?" bisik Dito. "Kayak... hutan ini tiba-tiba diam banget."

Rendi menoleh, mencoba menenangkan. "Jangan paranoid. Mungkin cuma perasaan lu aja."

Mereka melanjutkan perjalanan, tapi tak lama kemudian terdengar suara tawa pelan dari arah belakang mereka. Suara itu nyaring dan tinggi, seperti tawa seorang wanita.

"Hahaha... hahaha..."

Bima langsung berhenti berjalan. "Lu denger itu, Ren?"

"Ssttt..." Rendi menyorotkan senternya ke arah suara itu. Tak ada apa-apa. Tapi saat mereka berbalik, kamera yang digantung di leher Rendi tiba-tiba jatuh begitu saja, seolah ada yang menariknya.

"Anjir! Kamera gua!" teriak Rendi. Ia memungutnya dengan panik. Tapi saat ia melihat ke lensa kamera, ada bayangan putih berdiri di belakang mereka, memandangi dari kejauhan.

"Lari!" teriak Dito.

Mereka bertiga langsung berlari secepat mungkin, menerobos semak dan akar-akar pohon yang menjalar di tanah. Tapi suara tawa itu terus mengikuti mereka, semakin dekat, dan semakin jelas.

Di tengah pelarian, Rendi terjatuh dan terpisah dari teman-temannya. Ia mencoba bangkit, namun saat menoleh ke belakang, sosok itu sudah berdiri tepat di hadapannya.

Perempuan bergaun putih, rambut panjang menutupi wajah, dan darah yang mengalir dari matanya.

"Kau... yang masuk tanpa izin...," bisik sosok itu dengan suara serak dan dingin.

Rendi tak bisa bergerak. Tubuhnya membeku. Lidahnya kelu. Hanya air mata yang mengalir perlahan.

"Ampun... saya cuma mau foto... saya nggak tahu..."

Sosok itu mendekat, dan ketika tangannya yang pucat hampir menyentuh wajah Rendi, tiba-tiba suara adzan terdengar dari kejauhan. Samar, tapi cukup jelas untuk membuat sosok itu menghilang seketika seperti kabut tertiup angin.

Dito dan Bima menemukan Rendi beberapa menit kemudian. Ia pingsan, wajahnya pucat pasi. Mereka segera membawanya keluar hutan dan menghubungi warga sekitar.

Sejak kejadian itu, Rendi jatuh sakit selama berhari-hari. Ia tak berbicara apa-apa selama seminggu, hanya menatap kosong ke langit-langit kamarnya. Orang tuanya akhirnya memanggil seorang ustaz untuk membantunya.

"Anak ini telah melihat penghuni lama hutan itu," ujar sang ustaz. "Dia beruntung masih bisa pulang. Banyak yang tidak seberuntung dia."

Warga Blora pun makin yakin bahwa hutan jati tua itu memang angker. Banyak kisah serupa yang sudah terdengar selama puluhan tahun. Tentang suara tangis di tengah malam, penampakan wanita berbaju putih, dan orang-orang yang masuk hutan tapi tidak pernah kembali.

Beberapa bahkan percaya bahwa hutan itu adalah tempat persemayaman kuntilanak yang dulunya adalah korban pembunuhan di zaman penjajahan. Arwahnya belum tenang, dan akan marah jika ada yang mengganggu ketenangannya.

Menurut cerita seorang warga tua, Mbah Karto, dulunya ada wanita bernama Sarti yang tinggal tak jauh dari hutan. Ia dikenal cantik dan pendiam. Suatu malam, Sarti diculik oleh tentara Belanda dan tak pernah kembali. Beberapa minggu kemudian, jasadnya ditemukan tergantung di pohon jati besar, wajahnya penuh luka dan bajunya berlumur darah.

"Itulah asal mula kuntilanak di hutan itu," kata Mbah Karto. "Arwahnya gentayangan, dan mencari siapa pun yang masuk ke wilayahnya."

Setelah sembuh, Rendi tak lagi menjadi pemuda yang sama. Ia menjadi lebih pendiam dan mudah terkejut. Ia bahkan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai content creator.

"Saya pernah sombong," katanya suatu hari pada temannya. "Saya kira semuanya bisa dijadikan konten. Tapi ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan dengan logika."

Bima pun mengaku masih sering dihantui oleh suara tawa wanita itu saat tidur. Bahkan Dito bermimpi buruk selama berminggu-minggu. Mereka bertiga akhirnya sepakat untuk tak pernah lagi membicarakan malam itu, apalagi mengunggah rekaman atau foto yang sempat diambil di hutan.

Anehnya, saat mereka memeriksa hasil rekaman di kamera Rendi, semua file rusak. Hanya satu gambar yang bisa dibuka, memperlihatkan sosok perempuan samar berdiri di balik batang pohon, dengan mata merah menyala menatap lurus ke arah kamera.

Foto itu langsung dihapus dan kameranya dibuang ke sungai. Mereka tak ingin menyimpan bukti apa pun.

Kini, hutan jati Blora menjadi lebih sepi dari sebelumnya. Tidak ada lagi anak muda yang iseng masuk ke sana. Pemerintah desa bahkan memasang pagar bambu dan papan besar bertuliskan: “DILARANG MASUK SETELAH MATAHARI TERBENAM.”

Kisah ini menjadi legenda baru di kalangan masyarakat Blora. Diceritakan dari generasi ke generasi sebagai peringatan bahwa tidak semua tempat bisa disentuh sembarangan. Ada wilayah yang telah dijaga oleh penghuni lama yang tak kasat mata, dan mereka tidak segan menampakkan diri jika merasa terusik.

Bagi Rendi dan teman-temannya, malam itu akan selalu terpatri dalam ingatan. Sebuah malam yang mengubah hidup mereka selamanya. Di negeri yang kaya akan budaya dan alam, Indonesia juga menyimpan banyak cerita kelam yang bersembunyi di balik pepohonan, kabut, dan bisikan malam.

Dan jika suatu saat kamu berjalan melewati hutan jati di Blora, jangan kaget jika mendengar suara tawa wanita di antara dedaunan. Mungkin itu hanya angin... atau mungkin, dia sedang mengawasi dari balik pohon.

Posting Komentar